Ambon (ANTARA News) - Pangdam XVI/Pattimura, Mayjen TNI Rasyid Qurnaen Aquary, mengisyaratkan jaringan intelijen dan organisasi gerakan separatis RMS masih bebas, sehingga masalah ini merupakan salah satu tugas berat aparat keamanan untuk menuntaskannya.
"RMS memang telah berhasil ditekuk saat diproklamasikan 25 April 1950 lalu. Hanya saja, jaringan intelijen dan organisasinya belum sepenuhnya dihancurkan sehingga tetap diwaspadai,"katanya, di Ambon, Selasa.
Menurut Mayjen Rasyid, RMS merupakan gerakan separatis yang harus diungkap untuk dihancurkan agara tidak menjadi ancaman bagi disintegrasi bangsa.
"Jadi simpatisan separatis RMS yang diproses hukum harus dikenakan hukuman berat agar jera dan tidak melakukan perbuatan makar terhadap kedaulatan NKRI," tambahnya.
Rasyid Qurnaen yang dipercayakan sebagai Pangdam XVI menyusul insiden "tarian liar" saat perayaan Harganas di Ambon, 29 Juni lalu yang dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mengingatkan kerawanan kamtibas lainnya harus diwaspadai, seperti perkelahian antarkomunal, batas tanah dan Pilkada Maluku 2008.
"Yang terpenting adanya kesadaran masyarakat untuk berperan serta dengan aparat keamanan dan pemerintah memelihara stabilitas keamanan guna mendorong percepatan pembangunan kembali Maluku paska konflik sosial sejak tahun 1999 lalu," katanya.
Sekitar 60 simpatisan gerakan separatis RMS yang terlibat insiden "tarian liar", kini masih menjalani proses hukum di PN Ambon.
Hanya saja, Pimpinan Eksekutif Front Kedaulatan Maluku)FKM) yang memperjuangkan kembalinya kedaulatan RMS, Alexander Hermanus Manuputty, masih buron ke Amerika Serikat setelah kabur dari LP Cipinang tahun 2004 lalu. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008