Diperkirakan dinamika perdagangan global masih akan terus berlanjut sehingga pemerintah Indonesia juga perlu terus berhati-hati dalam menyiasati perang dagang.

Jakarta (ANTARA) - Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) memperkirakan perang dagang antara Amerika Serikat dan Republik Rakyat China akan terus berlanjut meski sempat mereda setelah pertemuan KTT G20 di Osaka, Jepang, beberapa waktu lalu.

Peneliti CIPS Pingkan Audrine Kosijungan di Jakarta, Rabu, mengatakan perundingan antara kedua Presiden pada KTT G-20 akhir Juni kemarin sebenarnya memberikan secercah harapan karena perundingan tersebut tidak menghasilkan pengenaan tarif tambahan.

"Namun tarif yang saat ini sudah dikenakan oleh kedua negara pun tidak dicabut. Kedua Presiden juga mengemukakan ada upaya untuk me-"reset" kembali negosiasi perdagangan di antara kedua negara adidaya itu," ucapnya.

Melihat kondisi demikian, lanjutnya, diperkirakan dinamika perdagangan global masih akan terus berlanjut sehingga pemerintah Indonesia juga perlu terus berhati-hati dalam menyiasati perang dagang.

KTT G20 yang berlangsung di Osaka pada 28-29 Juni 2019, kembali mempertemukan pemimpin negara-negara anggota G-20, termasuk Amerika Serikat dan China, yang sejak setahun belakangan gencar mengenakan hambatan tarif impor satu sama lain.

Di tempat terpisah, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan perang dagang antara China dan Amerika Serikat seharusnya menguntungkan Indonesia karena pajak tinggi yang dikenakan negara Paman Sam terhadap produk negeri tirai bambu yang masuk.

"Perang tarif ini terkait kebijakan tarif yang dikenakan kepada produk-produk negara lain seharusnya 'benefiting' Indonesia. Tapi yang terjadi tidak begitu," kata Susi Pudjiastuti di kantor KKP, Jakarta, Rabu.

Susi kemudian menceritakan pengalamannya saat hendak berkunjung ke Amerika Serikat di mana ia bertemu dengan pengusaha asal Bandung dan Surabaya. Para pengusaha itu mengatakan hendak ke Amerika untuk membuka pasar baru ke negeri Paman Sam.

Namun, para pengusaha itu ternyata ingin melakukan ekspor ke Amerika Serikat dengan menjual barang dari China.

"Katanya, zaman sekarang barang dari China ke Amerika dikenakan ratusan persen. Jadi kita (pengusaha tersebut) mau beli dari China, jual ke Amerika. Beli, bukan produksi di sini. Mestinya ini tidak boleh dilakukan. Seharusnya impor produk jadi dihentikan supaya kita bisa produksi di dalam negeri," katanya.

Menteri Kelautan dan Perikanan menilai perilaku masyarakat Indonesia yang tidak berubah, yaitu mencari untung tanpa berusaha banyak, adalah salah satu faktor yang membuat negeri ini tidak bisa mengambil peluang menguntungkan dalam perang dagang.
Baca juga: AS-China sepakati "gencatan senjata perdagangan" sementara sebelum G20

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2019