Bandung (ANTARA News) - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Miranda S Goeltom berharap tidak ada pembunuhan karakter terkait kasus aliran dana dari BI ke sejumlah anggota DPR-RI. "Jangan ada pembunuhan karakter sebelum semuanya terbukti," kata Miranda Goeltom di sela-sela Seminar Nasional `Implementasi Kebijakan Ekonomi Makro di Indonesia`, di Kampus Universitas Padjadjaran Bandung, Senin. Ia mengaku prihatin atas penahanan dua orang rekannya yang juga pejabat BI oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Miranda berharap kasus itu bisa secepatnya selesai, terang dan jelas. Ia menyebutkan, selama ini BI menjadi "korban", sebuah sistem yang berjalan dan berlaku saat ini. "Dengan kata lain apakah BI sebagai inisiator atau terpaksa ada di situ karena sistemnya, silakan pikirkan sendiri-sendiri," katanya di hadapan peserta seminar. Sementara itu ketika diminta keterangannya terkait figur yang pantas memimpin Bank Indonesia menggantikan Burhanuddin Abdullah yang masa tugasnya akan berakhir 17 Mei 2008 mendatang, Miranda mengatakan hak itu sepenuhnya ada di tangan presiden. "Itu hak prerogatif Presiden," katanya. Terkait dua nama yang muncul saat ini Agus Martowardojo (Dirut Bank Mandiri) dan Raden Pardede (Wakil Dirut PT Perusahaan Pengelola Aset), ia mengaku mengenal kedua pejabat itu. "Saya kenal mereka orang baik," katanya. Lebih lanjut, Deputi Gubernur Senior BI itu menyatakan tidak kuatir akan adanya resistensi dari kalangan internal BI bila salah satu nama pejabat itu terpilih menjadi pimpinan bank sentral itu. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008