Mereka sudah tertarik untuk investasi di proyek satelit multifungsi yang digagas oleh Kemkominfo. Kemudian infrastruktur untuk 'oil storage' (penyimpanan minyak) yang digagas investor dalam negeri dan berhasil mencari investor luar negeri
Jakarta (ANTARA) - Investor asal Inggris sudah menyuarakan komitmen untuk turut membiayai proyek satelit multifungsi Indonesia senilai total Rp6,4 triliun dan pembangunan penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Riau Pekanbaru senilai Rp5 triliun yang merupakan kesepakatan hasil sementara dari Indonesia Infrastructure Investment Forum (IIIF) 2019.
"Mereka sudah tertarik untuk investasi di proyek satelit multifungsi yang digagas oleh Kemkominfo. Kemudian infrastruktur untuk 'oil storage' (penyimpanan minyak) yang digagas investor dalam negeri dan berhasil mencari investor luar negeri," kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro melalui telekonferensi video dari London, Inggris usai Indonesia Infrastructure Investment Forum (IIIF) 2019, Rabu.
Total nilai kedua proyek itu adalah Rp11,4 triliun. Namun, menurut Bambang, komitmen investasi masih berpotensi bertambah karena penyelenggaran IIIF akan berlanjut di Paris, Prancis pada 4 Juli 2019 waktu setempat.
Investor asal Inggris itu sudah menyuarakan komitmen kuat untuk turut menyalurkan pembiayaan. Mereka memberikan rekomendasi kepada pemerintah untuk membenahi beberapa aspek penting yakni meningkatkan kemudahan perizinan, kepastian hukum, kepastian pengadaan tanah dan komitmen BUMN untuk mau bekerja sama dengan investor luar.
"Dari pertemuan kemarin, tidak ada yang meminta insentif atau menyuarakan sulitnya mendapat insentif. Mereka hanya meminta poin-poin seperti kemudahan perizinan dan lainnya di bidang struktural," ujar dia.
Melawat ke London, total Bambang menawarkan 83 proyek berskema KPBU dengan total nilai 40 miliar dolar AS dan juga 30 proyek PINA dengan nilai 50 miliar dolar AS kepada para investor di Inggris dan Prancis.
Menurut Bambang, investor di Inggris merupakan penanam modal potensial untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan di Indonesia.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Inggris hanya berada di peringkat 14 sebagai negara penyumbang investor riil terbesar ke Indonesia.
Namun, kata Bambang, banyak prinsipal perusahaan asal Inggris yang meminta afiliasinya atau anak usahanya di negara lain seperti di Singapura untuk berinvestasi ke Tanah Air.
"Jadi jangan hanya berpatokan ke data di BKPM. Tapi juga kita harus liat potensi investasi dari Inggris," ujarnya.
Maka dari itu, IIIF 2019 di London dan Paris, ujar Bambang, menjadi sarana penyebaran informasi mengenai peluang investasi langsung bagi penanam modal asing di proyek infrastruktur Indonesia dalam lima tahun ke depan atau hingga 2024.
Dalam lima tahun ke depan itu, Indonesia membutuhkan investasi di infrastruktur senilai 440 miliar dolar AS atau setara Rp5.300 triliun.
Dari jumlah kebutuhan investasi sebesar itu, pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan APBN. Maka dari itu, pemerintah lebih banyak menghimpun pendanaan dari swasta dan BUMN melalui berbagai skema seperti Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dan Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah (PINA).
Dalam IIIF, Indonesia diwakili Bambang, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dan Kepala BKPM Thomas Lembong. Dalam IIIF itu terdapat sesi konferensi dan pertemuan bilateral dengan para investor juga pertemuan terbatas dengan jajaran pemangku kepentingan di Inggris dan Eropa.
Baca juga: Kepastian akhir sengketa Pilpres tuai investasi langsung dari Inggris
Baca juga: Indonesia menawarkan empat sektor potensial investasi
Baca juga: Luhut sebut Pangeran Saudi ke Indonesia untuk investasi
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019