"Bulan-bulan ini merupakan masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau. Diprediksi tahun ini kemaraunya sedikit lebih lama, karenanya status siaga daruratnya sampai 30 Oktober 2019," kata Kepala BMKG Stasiun H Asan Sampit Nur Setiawan di Sampit, Rabu.
Hasil rapat koordinasi gabungan yang dimotori Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kotawaringin Timur pada Selasa (2/7), diputuskan bahwa status waspada dinaikkan menjadi siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan.
Status siaga diberlakukan mulai hari ini atau 3 Juli hingga 30 Oktober sesuai prediksi kemarau berlangsung. Prediksi kemarau yang disampaikan BMKG menjadi pertimbangan dalam rapat sehingga diputuskan lama siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan hampir empat bulan, padahal tahun lalu lama status siaga hanya sekitar tiga bulan.
Baca juga: Kalteng tingkatkan kewaspadaan antisipasi Karhutla
Lama kemarau tahun ini yang diprediksi sedikit lebih lama, mengisyaratkan bahwa potensi kebakaran hutan dan lahan juga lebih lama. Untuk itu semua pihak, termasuk masyarakat, diimbau mewaspadai dampak yang mungkin timbul selama kemarau.
Masyarakat di kawasan-kawasan yang sering dilanda kebakaran lahan, diimbau meningkatkan kewaspadaan. Langkah pencegahan dini sangat penting agar tidak terjadi kebakaran lahan.
Jika pun terjadi, diharapkan penanggulangan bisa lebih cepat dan optimal. Penanggulangan secepatnya untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan meluas.
"Ancaman kekeringannya relatif tidak begitu berbeda kondisinya dengan tahun lalu. Untuk potensi kekeringan di kawasan selatan dikhawatirkan akan banyak terdampak jika terjadi kebakaran hutan dan lahan," jelas Nur Setiawan.
Baca juga: Gubernur Kalteng: larangan membakar lahan jangan persulit petani
Kepala Pelaksana BPBD Kotawaringin Timur Muhammad Yusuf mengatakan, peningkatan status menjadi siaga darurat merupakan hasil rapat gabungan yang dilaksanakan Selasa (2/7) sore untuk menyikapi kebakaran lahan yang mulai terjadi, khususnya di Sampit.
Yusuf menjelaskan, Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah telah meningkatkan status menjadi siaga darurat bencana kebakaran hutan dan lahan sejak 27 Mei lalu, namun Kotawaringin Timur baru melakukannya sekarang karena saat itu curah hujan di kabupaten ini masih cukup tinggi, bahkan terjadi banjir di sejumlah kecamatan.
Peningkatan status ini setelah mempertimbangkan kejadian-kejadian kebakaran lahan akhir-akhir ini. Selain itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun H Asan Sampit juga menginformasikan bahwa musim kemarau terjadi sejak dasarian II bulan Juni lalu sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan diprediksi akan meningkat.
BPBD Kotawaringin Timur mencatat, sampai awal Juli ini sudah terjadi 18 kali kebakaran lahan. Saat ini juga terpantau 10 hotspot atau titik panas yang tersebar di lima kecamatan.
Baca juga: Pemerintah tempuh kasasi terkait putusan Karhutla Kalteng
Pewarta: Kasriadi/Norjani
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019