Kabul (ANTARA News) - Serangan bom bunuh diri menewaskan sedikitnya 80 orang dan mencederai puluhan lain di kota Kandahar, Afghanistan selatan, Minggu, kata gubernur provinsi itu.
"Menurut informasi dari rumah-rumah sakit, 60 mayat berada di sana dan 20 mayat lagi dibawa keluarga mereka, maka jumlah yang tewas secara keseluruhan 80," kata Assadullah Khalid kepada wartawan di Kandahar seperti dikutip DPA.
Gubernur tersebut mengatakan, seorang penyerang bunuh diri meledakkan bom yang dibawanya di tengah kerumunan massa yang sedang menyaksikan lomba adu anjing di bagian barat kota itu.
Sejumlah pejabat di Kandahar mengatakan, sasaran serangan itu adalah Haji Hakeem Jan, seorang mantan komandan yang memerangi Taliban pada 1995, dan ia termasuk diantara korban yang tewas.
Pemboman itu merupakan serangan bunuh diri paling mematikan sejak penggulingan rejim Taliban pada akhir 2001.
Khalid tidak bisa memberikan jumlah pasti korban yang cedera dengan mengatakan, "Puluhan orang cedera, namun kami belum memiliki jumlahnya saat ini."
Sebelumnya jurubicara Kementerian Dalam Negeri Afghanistan Zemarai Bashary mengatakan, "Puluhan orang teas dan puluhan lagi cedera" dalam serangan itu.
Seorang saksi mata di Kandahar mengatakan, itu merupakan serangan bunuh diri yang menewaskan lebih dari 50 orang, termasuk mantan komandan yang terkenal itu.
Provinsi Kandahar merupakan tempat lahirnya gerakan Taliban, yang masih berpangkalan di provinsi itu enam tahun setelah digulingkan dari kekuasaan.
Belum ada klaim tanggung jawab segera atas serangan terakhir itu, namun gerilyawan Taliban mendalangi banyak serangan semacam itu dalam beberapa tahun terakhir ini.
Kelompok itu melancarkan serangan-serangan bom bunuh diri terhadap pasukan pemerintah dan prajurit asing sebagai bagian dari pemberontakan mereka.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas serangan-serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Peningkatan jumlah korban akibat kekerasan yang dilakukan Taliban di Afghanistan telah membuat sejumlah negara berencana melakukan pengurangan atau penarikan pasukan yang tergabung dalam Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang saat ini mencakup 37.000 prajurit dari 37 negara.
Selain ISAF, juga ada ribuan prajurit koalisi pimpinan AS yang memerangi Taliban dan sekutunya di Afghanistan.
Tahun ini, lebih dari 200 prajurit anggota ISAF dan pasukan koalisi pimpinan AS tewas di Afghanistan, sebagian besar akibat serangan musuh. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008