Surabaya (ANTARA) - Ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR) Kota Surabaya, Jawa Timur, membantah anggapan bahwa Partai Golkar kehilangan sosok "leader" atau pimpinan dalam diri Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto yang bisa mengamankan kepentingan Presiden Joko Widodo ke depan.
"Sejak awal, kami merasakan Presiden Jokowi senang dengan gaya kepemimpinan Pak Airlangga Hartanto sebagai Ketua Umum Partai Golkar karena Golkar merupakan parpol yang pertama mendukung Presiden Jokowi maju dalam Pilpres 2019," kata Ketua MKGR Surabaya Arif Fathoni kepada ANTARA di Surabaya, Rabu.
Pernyataan tersebut menanggapi pernyataan Pakar Komunikasi Politik Universitas Airlangga, Suko Widodo di media daring yang menduga Partai Golkar telah kehilangan sosok leader yang bisa mengamankan kepentingan Presiden Joko Widodo ke depan. Hal itu dibuktikan dengan Golkar yang tergolong partai besar dan mempunyai basis akar rumput kuat, justru mengalami penurunan jumlah kursi parlemen.
Baca juga: Ace: Presiden pesan Golkar perkuat kepemimpinan partai saat ini
Baca juga: Ketum Golkar: Presiden harap politik konsentrasi pada pelantikan
Baca juga: Analis politik nilai kepemimpinan Airlangga Hartarto kurang mengakar
Arif Fathoni yang juga Wakil Ketua DPD Partai Golkar itu mengatakan seorang pengamat dalam melihat persoalan haruslah secara komprehensif, harus mempunyai kekuatan analisis ilmiah yang kuat, sehingga pembacaan situasi dan kesimpulan yang dibuat tidak keliru.
Bahkan, lanjut dia, dalam pertemuan dengan 34 Ketua DPD Golkar Tingkat 1 (provinsi), Presiden Jokowi menyatakan kepada segenap ketua DPD tentang gaya kepemimpinan Airlangga yang sesuai dengan irama yang diharapkan oleh Presiden Jokowi.
"Oleh sebab itu pernyataan yang menyatakan Jokowi tidak sreg dengan Airlangga adalah tidak berdasar dan mengada-ngada," ujar anggota DPRD Surabaya terpilih ini.
Mengenai turunnya hasil perolehan suara partai dalam Pemilu 2019, kata dia, itu dampak dari peristiwa-peristiwa sebelumnya yang menimpa Partai Golkar. "Justru kami yang di dalam ini merasakan keberhasilan Pak Airlangga karena memimpin konsolidasi partai di tengah keterpurukan saat itu, sebaiknya Pak Suko membaca sesuatu tidaklah secara tekstual, tapi kontekstual," katanya.
Jika dibandingkan hasil perolehan kursi Partai Golkar di DPR pada Pemilu Legislatif 2014 sebanyak 91 kursi dengan Pemilu Legislatif 2009 sebanyak 106 kursi tanpa badai dan tantangan yang besar, telah terjadi penurunan 15 kursi, padahal kepemimpinan DPP Golkar saat itu bekerja lima tahun penuh.
Oleh karena itu, lanjut dia, perolehan jumlah kursi DPR dengan masa kepemimpinan 1,3 tahun dari Airlangga Hartarto yang mengalami penurunan hanya 6 kursi DPR dengan amukan badai yang sangat dahsyat, maka dapat disampaikan apresiasi atas keberhasilan Partai Golkar di bawah kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto.
"Kita patut berterima kasih atas langkah-langkah strategis dan cepat dari ketua umum sehingga pengalaman salah satu partai yang pernah berkuasa dengan penurunan suara drastis dari 20 persen pada Pemilu 2009 menjadi 10 persen pada Pemilu 2014, lalu turun lagi menjadi 7,77 persen pada Pemilu 2019, tidak dialami Golkar," katanya.
Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019