Pertemuan OPEC+ menunjukkan para anggota bersatu dalam masa-masa sulit, ditandai dengan melemahnya prospek permintaan global
Singapura (ANTARA) - Harga minyak sedikit lebih tinggi di perdagangan Asia pada Rabu pagi, relatif stabil setelah jatuh lebih dari empat persen dalam sesi sebelumnya, karena pengurangan produksi yang diperpanjang oleh OPEC dan sekutunya membantu menopang harga, meskipun ada kekhawatiran tentang permintaan yang lemah.
Penarikan besar tak terduga dalam persediaan minyak mentah di Amerika Serikat (AS) juga mendukung sentimen, setelah penurunan yang lebih besar dari perkiraan dalam persediaan dalam sebuah survei oleh organisasi industri swasta.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September diperdagangkan naik 48 sen atau 0,8 persen, menjadi pada 62,88 dolar AS per barel pada pukul 00.53 GMT (07.53 WIB).
Minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk penyerahan Agustus naik 37 sen atau 0,7 persen, menjadi 56,62 dolar AS per barel. Kedua harga acuan turun tajam pada Selasa (2/7/2019) karena kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global membayangi pemotongan pasokan OPEC.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen lainnya seperti Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, sepakat pada Selasa (2/7) untuk memperpanjang pengurangan pasokan minyak hingga Maret 2020 ketika para anggotanya mengatasi perbedaan untuk mencoba menopang harga.
"Pertemuan OPEC+ menunjukkan para anggota bersatu dalam masa-masa sulit, ditandai dengan melemahnya prospek permintaan global, yang bertujuan untuk pasar minyak yang lebih seimbang, meskipun jelas memiliki implikasi terhadap pangsa pasar," kata Amarpreet Singh, analis di Barclays Commodities Research dalam sebuah catatan.
"Ini mendukung harga minyak, dalam pandangan kami, bahkan ketika pasar tetap fokus pada sinyal makro yang lemah."
Menjelang data pemerintah yang akan dirilis Rabu, kelompok industri American Petroleum Institute (API) mengatakan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 5 juta barel pekan lalu, lebih besar dari penurunan yang diperkirakan sebesar 3 juta barel.
Namun, tanda-tanda perlambatan ekonomi global yang memukul pertumbuhan permintaan minyak mengkhawatirkan investor setelah indikator manufaktur global mengecewakan dan AS membuka front perdagangan lain setelah mengancam Uni Eropa dengan tarif lebih banyak untuk mengimbangi bantuan pemerintah ke industri penerbangan.
Barclays memperkirakan permintaan akan tumbuh pada laju paling lambat sejak 2011, meningkat kurang dari satu juta barel per hari secara tahun-ke-tahun pada tahun ini.
Morgan Stanley, sementara itu, menurunkan perkiraan harga jangka panjang Brent pada Selasa (2/7) menjadi 60 dolar AS per barel dari 65 dolar AS per barel, dan mengatakan pasar minyak secara luas seimbang pada 2019. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.
Baca juga: Harga minyak anjlok di atas 4 persen, walaupun OPEC pangkas pasokan
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019