Surabaya (ANTARA News) - Rois Syuriah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur KH Miftachul Akhyar meminta Ketua PWNU Jatim DR KH Ali Maschan Moesa MSi untuk mundur bila masuk bursa Pilgub Jatim. "Dia (Ali Maschan) harus mundur. Aturannya memang non-aktif, tapi hal itu akan merugikan NU, karena non-aktif dalam pilkada langsung akan mengesankan NU ikut-ikutan berpolitik," katanya kepada ANTARA News di Surabaya, Minggu. Usai melantik 659 pengurus lembaga dan lajnah di lingkungan PWNU Jatim periode 2007-2012, ia mengatakan, aturan non-aktif akan membuat NU dijadikan "ancik-ancik" (batu loncatan) untuk kepentingan pribadi dan politis. "Kalau hal itu yang terjadi akan menyebabkan ekses yang besar, apalagi pilkada langsung akan justru menciptakan perpecahan antarulama, antarpengurus NU, dan antarmasyarakat di bawah yang belum dewasa," katanya. Menurut pengasuh Pesantren Miftachussunnah, Kedungtarukan, Surabaya itu, Ali Maschan sudah setuju dengan keharusan mundur, karena hal itu juga untuk kepentingan NU sendiri agar tidak menjadi "alat." "Kalau pun dia (Ali Maschan) mundur, kemudian dia akhirnya ingin kembali ke NU, maka dia tidak boleh langsung menjadi pengurus harian, tapi dia harus menjadi pengurus lembaga PWNU Jatim lebih dulu," katanya. Kiai Miftah juga berencana mempercepat realisasi `Komite Maslahah Ammah` agar kader-kader NU yang berpolitik praktis tetap berada dalam `komando` NU, sehingga kader NU tidak berpolitik tanpa bisa `dipegang` NU," katanya. "Jadi, ibarat tongkat Nabi Musa yang dapat menjadi ular untuk menghadapi Fir`aun, tapi ular yang merupakan jelmaan dari tongkat Musa itu dapat dijadikan tongkat lagi atas kehendak Nabi Musa," katanya. Secara terpisah, Ketua PWNU Jatim DR KH Ali Maschan Moesa MSi mengaku telah diizinkan ibunda untuk maju dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2008. "Ibu saya sudah istikhoroh (salat minta petunjuk Allah SWT) dan petunjuknya adalah bisa, tapi saya masih belum `sreg` (mantap/yakin), karena itu saya minta istikhoroh diulangi," katanya. Oleh karena itu, kata pengasuh Pesantren Luhur "Al-Husna" Jemurwonosari, Surabaya itu, dirinya akan tetap menjalankan amanah sebagai Ketua PWNU Jatim yang baru diemban pada 4 November 2007. "Saya akan tetap seperti saat ini, karena itu saya akan berusaha memperbanyak salat dan istighfar (doa minta ampun), sebab kekuasaan itu `panas`, sehingga saya tidak akan terburu-buru menerima takdir itu," katanya. Menurut doktor alumnus Ilmu Sosial di Pascasarjana Universitas Airlangga (Unair) Surabaya itu, dirinya juga masih menunggu Ketua Umum PBNU KHA Hasyim Muzadi untuk menyikapi tawaran jabatan politis untuk dirinya. "Ada sejumlah kiai yang minta saya maju lewat PKB, tapi mereka ingin saya menjadi calon gubernur dan bukan calon wakil gubernur (cawagub) PKB. Ada juga kiai yang mengizinkan saya menjadi cawagub parpol lain," katanya. Selain itu, katanya, jika dirinya sudah mantap untuk maju dalam Pilgub Jatim, maka dirinya tidak akan mau diantarkan NU, melainkan parpol, karena NU itu tidak diperkenankan mengantar atau melarang untuk mau dalam jabatan politis. "Kalau saya maju, maka hal itu bukan urusan NU, melainkan urusan saya dengan parpol yang mengantar saya, tapi untuk saat ini saya akan memperbanyak salat dan istighfar," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008