Tokyo (ANTARA News) - Kebebasan pers di Indonesia dalam pandangan LSM pemantau media internasional berada dalam urutan ke-100 dari 167 negara yang disurvei oleh sebuah lembaga yang bernama Reporters Without Borders (RWB). Dalam indeks kebebasan pers tahun 2007 yang diterima ANTARA News di Tokyo, Minggu, posisi Indonesia berada diurutan nomor dua, dibawah Kamboja yang menempati tempat teratas untuk kawasan Asia Tenggara. Berdasarkan indeks tersebut, "freedom of the press" di negara-negara Asia Timur umumnya lebih baik ketimbang di kawasan Asia Tenggara. Kebebsan pers di Asia Timur berada di urutan 30- 40, kecuali Republik Rakyat China (RRC). bahkan kebebasan pers di negara Timor Leste lebih baik ketimbang Indonesia, yaki di posisi ke-92. Dalam indeks yang hanya memasukkan unsur minimnya kekerasan ataupun ancaman bagi wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya itu, posisi kebebasan pers di 10 negara ASEAN secara berurutan adalah; Kamboja (85), Indonesia (100), Brunei (118), Malaysia (124), dan Filipina sendiri di urutan 128. Kemudian urutan ke-6 adalah Thailand (138), diikuti Singapura (141), Laos (161), Vietnam (162) dan terakhir Myanmar yang menempati peringkat ke-164. Penilaian indeks itu juga terpisah dari faktor kualitas wartawan di masing-masing negara. kematian wartawan dan kekerasan baik langsung maupun tidak langsung lebih menempati pertimbangan utama. Kebebasan pers di Asia Timur peringkat pertama ditempati Taiwan yang berada di urutan ke-32, kemudian diikuti Jepang (37) , Korea Selatan (39), Hong Kong (61). Sedangkan China menempati urutan ke-163, atau nomor tujuh dari bawah. Sementara kebebasan pers di Australia, menempati posisi ke-28, jauh di atas Amerika Serikat, sumber kebebasan pers itu sendiri, yang menempati urutan ke-48. Menurut Kepala Perwakilan Reporters Without Borders (RWB) di Tokyo, Michel Temman kepada ANTARA Tokyo, Minggu, wartawan di Asia perlu bekerja sama secara lebih kuat untuk bisa menghasilkan kualitas jurnalistik yang tangguh. "Kerja sama akan mendorong tumbuhnya kegiatan jurnalistik yang berkualitas, dan itu akan mendorong terciptanya iklim kebebasan pers yang semakin baik," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008