Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah pada pekan depan diperkirakan masih akan menguat di bawah Rp9.200 per dolar AS dengan kisaran Rp9.150/9.175 per dolar AS, karena sentimen positif masih mendukungnya. "Nilai tukar rupiah menguat di bawah posisi Rp9.200 per dolar AS didukung oleh pengumuman Fitch Rating (lembaga pemeringkat Internasional) yang menaikkan posisi mata uang Indonesia menjadi BB dari sebelumnya BB-," kata Analis Valas PT Bank Saudara, Rully Nova, di Jakarta, akhir pekan ini. Selain itu, katanya, kenaikan rupiah didukung masih bertahannya bunga BI rate pada 8 persen, sehingga selisih dengan the Fed Fund rate yang tercatat tiga persen menjadi sangat lebar yang membuat investor asing tetap tertarik terus bermain di pasar domestik. Menurut dia, pernyataan ketua bank sentral AS bahwa pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat memburuk menuju ke arah resesi menimbulkan pelaku pasar khawatir untuk membeli dolar AS, meski ada indikator ekonomi AS bahwa data penjualan ritel cenderung menguat. Rupiah sempat melemah mendekati Rp9.300 per dolar AS akibat pelaku pasar belum yakin akan pengendalian harga di dalam negeri. Namun pengumuman Fitch Rating yang menyatakan rating mata uang Indoensia membaik telah membalikkan pelemahan rupiah itu. Kenaikan rupiah sampai angka Rp9.180 per dolar AS diikuti pula oleh membaiknya indeks harga saham gabungan yang mencapai 2.666,34 atau naik 0,36 persen. Menurut dia, rupiah akan dijaga oleh BI sehingga penguatannya tidak terlalu tajam. Sementara itu dengan banyaknya pejabat BI yang menjadi tersangka kasus aliran dana BI ke DPR, menurut dia, memang membuat rawan kondisi moneter. Namun ia yakin BI secara institusi tetap baik dalam menjalankan fungsinya sebagai penjaga stabilitas nilai tukar mata uang rupiah. Demikian pula, pengajuan calon Gubernur BI oleh Presiden tidak banyak mempengaruhi transaksi di pasar uang, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008