Purwokerto (ANTARA) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menginformasikan bahwa menurut data terkini telah ada 2.027 kepala keluarga yang terdampak kekeringan menyusul penurunan curah hujan di wilayah setempat.
"Jumlah kepala keluarga yang terdampak ada 2.027 KK atau sebanyak 6.805 jiwa," kata Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Banyumas, Ariono Poerwanto di Purwokerto, Selasa.
Dia menjelaskan, 2.027 KK tersebut tersebar di 10 desa dari delapan kecamatan yang ada di Kabupaten Banyumas.
"Hingga hari ini kami sudah mendistribusikan 24 tanki air ke desa-desa yang mengalami krisis air bersih," katanya
Baca juga: Wilayah terdampak kekeringan di Cilacap disebut BPBD bertambah
Dia menjelaskan, 24 tanki air yang didistribusikan tersebut setara dengan 120.000 liter air.
Dia mengatakan pihaknya menyiagakan 1.000 tanki air bersih guna mengantisipasi makin meluasnya krisis air bersih di wilayah setempat.
"Kami berharap krisis air bersih tidak terus meluas namun kami telah menyiagakan sekitar 1.000 tangki untuk mengantisipasi wilayah kekeringan," katanya.
Dia mengatakan, desa yang mulai mengalami kekeringan tersebut adalah Desa Banjarparakan Kecamatan Rawalo, Desa Nusadadi Kecamatan Sumpiuh, Desa Karanganyar, Kecamatan Patikraja dan Desa Kediri, Kecamatan Karanglewas.
Selain itu, Desa Srowot, Kecamatan Kalibagor, Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Desa Tamansari, Kecamatan Karanglewas dan Desa Karangtalun Kidul Kecamatan Purwojati.
"Yang terbaru yang baru masuk datanya adalah Desa Tipar, Kecamatan Rawalo dan Desa Jatisaba, Kecamatan Cilongok," katanya.
Sementara itu, dia juga menambahkan berdasarkan data yang dihimpun dari BPBD Banyumas diketahui pada tahun 2018 lalu ada sejumlah kecamatan yang mengalami kekeringan di Banyumas.
Sejumlah kecamatan tersebut antara lain Sumpiuh, Banyumas, Somagede, Kalibagor, Cilongok, Purwojati, Kebasen, dan Karanglewas.
Baca juga: Bencana kekeringan tersebar di delapan kecamatan Kabupaten Banyumas
Baca juga: Desa Kebonharjo, Kulon Progo kesulitan air bersih parah
Pewarta: Wuryanti Puspitasari
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019