Jakarta (ANTARA News) - Pihak berwenang di Cina dan New York telah memulai penyelidikan untuk mencari bukti-bukti mengenai perdagangan ilegal atas jasad orang-orang Cina, yang kemungkinan termasuk korban eksekusi tahanan, dan mayatnya dikirim ke AS untuk dipamerkan.
Penyelidikan itu dilakukan setelah ABC News dalam acara tengah malam "20/20" menayangkan pengakuan partisipan acara itu mengenai perdagangan tubuh manusia di pasar gelap.
Partisipan acara itu menceritakan dari mana asal mayat-mayat yang dijualbelikan itu hingga dimana lokasi penampungannya, dan dijual dengan harga hanya 200 hingga 300 dolar.
Pria yang tidak mau diketahui identitasnya karena takut ditahan itu, telah mengambil gambar-gambar dengan kameranya di lokasi yang menunjukkan praktik itu berlangsung.
Orang itu mengatakan bahwa mayat-mayat itu kemudian diterima oleh sejumlah perusahaan Cina yang memasok mayat yang diawetkan tersebut untuk dipamerkan di Amerika Serikat.
Disinyalir sebuah penyelenggara pameran Premier Exhibitions yang bermarkas di Altlanta telah memamerkan tubuh manusia yang diawetkan itu di lebih dari 10 kota.
Dalam sebuah pernyataan kantor Jaksa Agung, Andrew Cuomo mengatakan, dari investigasi ternyata tubuh-tubuh yang dipamerkan di AS itu adalah palsu.
Premier Exhibitions mengatakan ia akan mendukung sepenuhnya investigasi tersebut.
Dalam pernyataanya kepada publik, Primier telah mengatakan bahwa mayat-mayat itu disuplai oleh laboratorium pengawetan Universitas Kedokteran Dalian di Dalian, Cina.
Pimpinan Universitas Kedokteran Dalian, Dr Tang Jianwu mengatakan bahwa universitasnya tidak menyuplai mayat-mayat kepada Primier atau sejumlah perusahaan lain untuk dipamerkan.
Pemasok untuk tubuh-tubuh manusia yang dipamerkan Premier adalah sebuah perusahaan swasta, perusahaan pencari untung yang bernama Dalian Medi-Uni Plastination Labs yang berlokasi 30 mil dari Universitas Kedokteran Dalian.(*)
Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008