Jakarta (ANTARA News) - Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Didin Hafidhuddin mengatakan, penekanan sistem ekonomi Islam berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, terutama dalam bidang keadilan dan pemerataan yang menjadi dampaknya. "Ekonomi yang kapitalistik menekankan kepada pertumbuhan, bukan pada pemerataan, sedangkan ekonomi Islam menekankan kepada kedua-duanya, baik pertumbuhan maupun pemerataan," kata Didin dalam Peringatan "100 Tahun Buya Hamka" di Masjid Agung Al Azhar Jakarta Selatan, Jumat. Didin memaparkan, ekonomi Islam membolehkan seseorang memiliki harta sebanyak-banyaknya, tetapi juga harus diingat bahwa harta tersebut juga harus dipergunakan untuk kepentingan umat. Ia juga menyayangkan bila harta yang terdapat di dalam masyarakat hanya tersebar di satu kelompok tertentu saja seperti para konglomerat. "Harta jangan hanya terpusat pada kelompok yang kaya saja, tetapi harus dibagikan secara adil kepada mereka yang berhak menerimanya," katanya kepada ratusan peserta acara tersebut. Didin juga menegaskan, ekonomi Islam juga sangat berbeda dengan sistem komunis yang secara teori sama sekali tidak memperbolehkan adanya kepemilikan pribadi. Namun, lanjutnya, dalam praktiknya harta kekayaan di negara komunis lebih banyak dikuasai oleh para penguasanya seperti yang terjadi pada negara Uni Sovyet dahulu. Didin juga mengimbau agar umat Islam jangan bergantung secara ekonomis kepada pihak lain karena bila itu terjadi maka umat dapat diombang-ambing dengan mudah. "Umat Islam akan dipandang dengan hormat ketika membangun dengan kekuatan sendiri, tetapi bila bergantung kepada pihak lain maka umat akan dengan mudah dipermainkan," katanya. Menurut dia, krisis yang menimpa bangsa Indonesia bukanlah karena kemiskinan ekonomi, tetapi lebih pada kemiskinan rohani dan spiritual. Untuk itu, ia mengajak kepada umat agar memiliki etos kerja yang tinggi sehingga dapat bangkit secara rohaniah dan spiritual dan memiliki kepercayaan diri untuk membangun negara ini menjadi negeri yang sejahtera. Mengenai definisi negara sejahtera, Didin mengutip Hamka yang mengatakan bahwa masyarakat yang sejahtera baru benar-benar terwujud bila warganya terbebas dari kemusyrikan, tercukupi kebutuhan hidupnya, dan terpenuhi rasa amannya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008