Kebun sawit terbakar di Aceh Barat Daya capai 20 hektare

Alhamdulillah, tidak ada korban dalam peristiwa ini. Tapi penyebab terbakarnya lahan sawit itu, sudah ditangani pihak berwajib

Banda Aceh (ANTARA) - Sekitar 20 hektare lahan gambut kering yang ditumbuhi semak belukar dan dijadikan perkebunan kelapa sawit yang berlokasi di Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya, Provinsi Aceh, Senin, mengalami kebakaran hebat.

"Petugas kembali melanjutkan pemadaman api hari ini, setelah kemarin cuma sebagian lahan," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), Teuku Ahmad Dadek di Banda Aceh, Selasa.

Ia menjelaskan petugas yang terdiri atasi unsur Badan Penangulangan Bencana Kabupaten (BPBK) Aceh Barat Daya, tiga unit armada pemadam kebakaran, TNI/Polri, perangkat gampong (desa), dan masyarakat setempat ikut membantu memadamkan api.

Namun, mereka kesulitan dalam memadamkan kebakaran yang lokasinya jauh dari badan jalan akibat kekurangan pompa portabel, sepatu tahan api bagi personel, dan masker pelindung bagi personel di lapangan.

"Personel pemadam di Pos Kuala Batee kemarin (1/7) sekitar jam 08.30 WIB, mendapat laporan dari masyarakat bahwa telah terjadi kebakaran lahan sawit di kawasan jalan 30, Babahrot. Angin kencang menyebabkan api dengan cepat meluas," katanya.

Ia mengaku, tim pemadam kebakaran lalu berkoordinasi dengan Koramil dan Polsek setempat yang dibantu masyarakat untuk memadamkan titik api sejauh satu kilometer dari badan jalan.

"Alhamdulillah, tidak ada korban dalam peristiwa ini. Tapi penyebab terbakarnya lahan sawit itu, sudah ditangani pihak berwajib," kata Dadek.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh telah memperkirakan, angin kencang bakal terus melanda hampir seluruh wilayah di provinsi ini hingga beberapa hari ke depan.

Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Aceh, Zakaria Ahmad, mengatakan, rata-rata kecepatan angin berkisar antara 20 hingga 50 kilometer per jam baik siang maupun malam hari.

"Kecepatan angin ini bisa meningkat hingga dua kali lipat, dan bahkan lebih akibat cuaca buruk yang timbul dari awan Cumulonimbus," katanya.