Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi kuartal IV tahun 2007 berdasar kuartal per kuartal (q to q) tercatat negatif, yaitu minus 2,15 persen atau mengalami kontraksi dari pertumbuhan ekonomi kuartal III yang mencapai 3,87 persen. "Pertumbuhan negatif pada kuartal IV tahun 2007 karena sektor pertanian mengalami penurunan cukup signifikan, yaitu 22,9 persen, akibat siklus musiman," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisa Statistik BPS, Slamet Soetomo, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat. Selain itu, pada kuartal IV sektor pertambangan-penggalian juga mengalami penurunan pertumbuhan menjadi minus 0,1 persen dan sektor industri pengolahan minus 0,2 persen. "Penurunan ini masih mengikuti pola-pola tahun sebelumnya yaitu kontraksi pada kuartal IV setelah terjadi kenaikan pada kuartal sebelumnya," katanya. Sementara itu, pada kuartal IV beberapa sektor mengalami laju pertumbuhan positif yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 6,8 persen, sektor konstruksi tumbuh 3,8 persen. Selain itu pertumbuhan positif juga terjadi di sektor keuangan, real estat, dan jasa perusahaan tumbuh 3,1 persen, sektor jasa tumbuh 2,9 persen, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh 2,0 persen serta sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 0,5 persen. Data BPS juga menunjukkan kontraksi atau penurunan pada 2007 ini merupakan yang paling tajam selama tiga tahun terakhir. Pada 2006, pertumbuhan ekonomi kuartal IV mencapai minus 1,91 persen atau mengalami kontraksi dari kuartal III yang mencapai 3,77 persen. Sedangkan 2005, pertumbuhan ekonomi kuartal IV mencapai minus 2,03 persen atau mengalami kontraksi dari kuartal III yang mencapai 2,86 persen. Sementara itu, selama 2007, BPS mencatat pertumbuhan ekonomi mencapai 6,32 persen dengan sumber pertumbuhan ekonomi terutama dari ekspor yang berkontribusi 3,8 persen, konsumsi rumah tangga 2,9 persen, pembentukan modal tetap bruto 2,0 persen, konsumsi pemerintah 0,3 persen serta impor 3,3 persen. Berdasarkan penggunaannya, Rp2.511,3 triliun atau sekitar 63,5 persen dari produk domestik bruto (PDB) pada 2007 yang mencapai Rp3.957,4 triliun untuk konsumsi rumah tangga (RT). Penggunaan PDB untuk konsumsi rumah tangga meningkat sebesar 0,8 persen dibandingkan 2006 yang mencapai 62,7 persen. "Konsumsi rumah tangga masih cukup besar, hal ini karena semakin banyaknya penawaran konsumsi rumah tangga seperti di mall-mall kita temui kredit nol persen untuk keperluan rumah tangga," kata Deputi Bidang Neraca dan Analisa Statistik BPS Slamet Soetomo dalam konferensi pers tersebut. Sementara itu, data BPS juga menunjukkan, untuk pembentukan modal tetap bruto atau investasi fisik sebesar Rp983,8 triliun (8,3 persen) meningkat sebesar 0,8 persen dari 2006 yang mencapai 24,9 persen. Sedangkan penggunaan PDB untuk konsumsi pemerintah mencapai Rp329,8 triliun atau menurun sebesar 0,3 persen dibanding 2006. Penurunan juga terjadi pada transaksi ekspor dan impor. Penggunaan PDB untuk transaksi ekpor 2007 sebesar Rp1.162 triliun (29,4 persen) atau menurun sebesar 0,6 persen dari tahun 2006, sedangkan impor sebesar Rp1.002,5 triliun (25,3 persen) atau menurun 0,3 persen. BPS meperkirakan pendapatan per kapita (pendapatan tiap penduduk per tahun yang dihasilkan dari PDB dibagi jumlah penduduk) pada 2007 meningkat sebesar 17 persen menjadi Rp17,6 juta atau 1.946,1 dolar AS dari 2006.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008