Denpasar (ANTARA News) - Kembali bergejolaknya perairan laut di seputar Pulau Bali dengan potensi ketinggian gelombang antara tiga-enam meter, dikhawatirkan melumpuhkan operasional kapal penyeberangan di Selat Bali maupun Selat Lombok. Kekhawatiran tersebut didasarkan pengalaman selama ini, yakni saat gelombang laut di Selat Bali dan Selat Lombok mencapai tiga meter, kapal penyeberangan di kedua lintasan yang menghubungkan Pulau Bali dengan Pulau Jawa dan Pulau Lombok (NTB) tersebut harus dihentikan sementara. Kepala Bidang Data dan Informasi Balai Besar Meteorologi dan Geofisika (BBMG) Wilayah III Denpasar, Ir H Sutrisno MSi, dalam prakiraan cuaca untuk 24 jam terakhir, Jumat, mengingatkan bahwa ancaman gelombang tinggi tersebut berbahaya untuk semua jenis kapal. "Bukan hanya kapal nelayan dan kapal feri (penyeberangan), tongkang dan kapal-kapal besar, termasuk kapal barang di perairan bebas justru harus lebih waspada," katanya. Hal itu didasarkan prakiraan cuaca untuk daerah sekitar Bali, yang ditandai hujan ringan-lebat. Suhu udara 23-31 derajat Celcius, kelembaban 70-98 persen. Tropical Cyclon Nicholas di barat laut Australia dengan tekanan 980 milibar bergerak ke barat daya Samudera Hindia pada posisi 17.5 LS-121.0 BT. Kondisi tersebut menciptakan peluang hujan disertai guntur dan angin kencang di kawasan Laut Bali, perairan utara dan selatan Bali sampai Nusa Tenggara Timur, Laut Flores, hingga Laut Timor. Angin dari barat laut-barat dengan kecepatan 10-35 knot atau bisa lebih dari 50 kilometer per jam. Gelombang laut di Selat Bali mencapai tiga meter, Selat Lombok 3,5 meter, Laut Bali mencapai lima meter, dan Samudera Hindia selatan Bali-Nusa Tenggara berpotensi mencapai enam meter. Kondisi yang membahayakan bagi semua jenis kapal tersebut telah direspon pihak kepolisian di Bali, dengan menyampaikan imbauan kepada nelayan, aktivitas rekreasi di laut dan pihak lainnya, untuk menghentikan sementara seluruh kegiatannya.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008