Banda Aceh (ANTARA News) - Sejumlah korban tsunami di Kota Banda Aceh masih memanfaatkan air sumur untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari yang berdasarkan penelitian Bapedalda Aceh tercemar logam berat.
"Kita terpaksa mengkonsumsi air sumur seperti ini karena tidak ada air lain. Kami tidak tahu tercemar atau tidak seperti disebutkan dalam hasil penelitian Bapedalda Aceh Besar," kata seorang warga korban tsunami, Nurdin di Lamdingin Banda Aceh, Jumat.
Menurut Nurdin, rumah sewa yang ditempatinya saat ini tidak memiliki sarana air bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) setempat sehingga untuk kegiatan sehari-hari harus menggunakan air sumur.
Untuk mandi dan mencuci keluarganya menggunakan air sumur sementara untuk minum terkadang ia membeli air isi ulang. "Kadang-kadang juga terpaksa kami minum air sumur karena tidak ada air lain," tambahnya.
Nurdin mengatakan air sumur yang selama ini menjadi sumber utama pemenuhan kebutuhan air di rumah bantuan yang disewanya itu cukup bagus tetapi hanya sedikit berasa asin sehingga tidak enak untuk diminum.
"Rasanya lagang (asin)," ujarnya. Tetapi ia mengaku sampai saat ini tidak ada sesuatu yang aneh yang dirasakan tubuhnya setelah mengkonsumsi air sumur tersebut. Dia juga mengaku tidak mengetahui bahwa air sumur yang dikonsumsinya itu tercemar sejumlah logam berat.
Berdasarkan hasil penelitian awal Bapedalda pada 2007, sumur-sumur warga di daerah yang terkena dampak tsunami tercemar bahan organik seperti amoniak, nitrit, sulfat dan lainnya tidak baik digunakan, apalagi untuk diminum, karena berbahaya bagi kesehatan.
Belum seluruh rumah warga mendapat air bersih dari PDAM Tirta Daroy yang juga mengalami kerusakan parah karena sebagian besar jaringan pipa perusahaan tersebut rusak akibat tsunami 2004.
Warga membeli air bersih untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari karena sulitnya mendapat air bersih begitu pula korban tsunami yang masih tinggal di barak hunian sementara juga terpaksa membeli air karena suplai air yang biasanya dibawa oleh mobil tangki air tidak lagi masuk ke barak mereka.
Nurdin mengharapkan pasokan air bersih dari PDAM segera mengalir ke rumahnya sehingga keluarganya tidak perlu lagi mengkonsumsi air sumur yang tercemar.
"Sejak Oktober 2007 lalu saya dengar akan masuk air ke rumah-rumah disini tetapi sampai saat ini tidak ada," kata Nurdin.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008