Dili (ANTARA News) - Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, Jumat, berikrar bahwa pasukannya akan tetap berada di Timor Leste sepanjang diperlukan, menyusul upaya pembunuhan atas presiden dan PM Timor Leste pekan ini."Maksud kunjungan saya hari ini adalah untuk menyatakan dengan sejelas-jelasnya bahwa Australia akan tetap bahu-membahu dengan Timor Leste demi menghadapi masa depan dalam mempertahankan pemerintahan yang bersistem demokratis," kata Rudd, yang tiba di Timor Leste, Jumat, dalam konferensi persnya."Australia hadir untuk saat baik, saat buruk, dan saat sulit," katanya sesudah menemui Perdana Menteri Xanana Gusmao. Gusmao lolos tanpa cedera dari sergapan pemberontak, Senin, sedangkan Presiden Jose Ramos-Horta mengalami beberapa luka tembak dalam serangan lainnya. Dia dilarikan ke Australia untuk menjalani perawatan. Ketika ditanya berapa lama tentara Australia akan berada di Timor Leste, Rudd menjawab "Selama mereka diundang oleh pemerintah Timor Leste." "Tentu saja, kami ingin menjadi mitra dalam perdamaian dan keamanan jangka panjang. Oleh sebab itu kami selalu terbuka untuk sahabat kami di Dili karena hal ini penting untuk masa mendatang," katanya, seperti dikutip AFP. "Adalah kotak suara, bukan senjata, yang menentukan keputusan negara kami." Australia menambah sekitar 350 tentara setelah terjadi serangan tersebut dan jumlahnya kini sekitar seribu tentara di Timor Leste. Rudd juga akan bertemu pejabat sementara kepresidenan, Fernando de Araujo, dan pemimpin oposisi dari partai Fretilin, Mari Alkatiri. Selanjutnya dalam kunjungan satu hari itu dia akan mengunjungi pangkalan Pasukan Stabilisasi Internasional yang dipimpin Australia. Dia pernah berkunjung ke Dili saat menjabat tokoh oposisi Australia, menyusul kerusuhan antar kelompok di kota itu pada tahun 2006. Kerusuhan tersebut memicu kedatangan pasukan penjaga perdamaian serta polisi Perserikatan Bangsa-bangsa yang hingga kini masih bertugas di Timor Leste. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008