Manila (ANTARA News) - Pasukan militer Filipina lengkap dengan kendaraan lapis baja, Jumat, dikerahkan di ibukota Manila guna meningkatkan keamanan berkaitan dengan rencana aksi protes massal menentang Presiden Gloria Arroyo, kata para pejabat militer. Sedikitnya tiga kendaraan lapis baja dan sejumlah tentara telah tiba untuk memperkuat sejumlah prajurit yang sudah disebar di Manila menjelang aksi protes Jumatt petang, kata para pejabat dalam satu pernyataan. Tentara akan 'menjamin bahwa kegiatan sosial-ekonomis dan politik ... akan terus berlanjut tak terpengaruh aksi itu' kata penyataan. Pasukan militer di dalam kota sudah siaga merah untuk menghadapi aksi demo yang diserukan oleh partai-partai oposisi di distrik keuangan Makati, Manila, untuk mendesak Arroyo mundur berkaitan dengan tuduhan-tuduhan korupsi. Pihak militer mengingatkan bahwa kaum pemberontak komunis terus berusaha melakukan infiltrasi dan mengganggu aksi tersebut, namun jurubicara pihak oposisi mengabaikan dugaan itu dan menyatakan bahwa itu hanya sebagai pembenaran untuk pengetatan keamanan. Para pejabat juga menegaskan, Kamis, bahwa mereka belum lama berhasil membongkar rencana kelompok militan yang berkaitan dengan Al Qaeda untuk membunuh Arroyo, namun hal itu tak ada hubungannya dengan aksi protes. Pos-pos pemeriksaan polisi telah didirikan di jalan-jalan raya menuju kota dan para petugas menghentikan serta memeriksa kendaraan-kendaraan, kata seorang koresponden AFP. Namun tidak ada laporan mengenai penahanan-penahanan. Aksi protes diperkirakan akan dimulai pukul 16:00 sore. Aksi itu meminta Arroyo mundur dari kepresidenan berkaitan dengan tuduhan-tuduhan terbaru, bahwa suaminya dan sekutu politiknya berusaha mengeruk jutaan dolar dalam bentuk suap dari satu transaksi perusahaan telekom dengan perusahaan China. Arroyo membantah berbuat salah berkaitan dengan transaksi senilai 329 juta dolar untuk pembangunan jaringan nasional dengan perusahaan China milik negara ZTE. Presiden telah membatalkan transaksi tersebut berkaitan tuduhan-tuduhan suap tadi, yang kemudian diselidiki oleh Senat. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008