Dili (ANTARA News) - Sekitar seribu pelayat terisak, meratap dan bersenandung, Kamis, pada pemakaman Alfredo Reinado, mantan mayor, yang tewas dalam usaha pembunuhan dua pemimpin Timor Timur. "Selamat jalan pahlawan. Kau boleh pergi, tapi semangatmu masih bersama kami," kata tulisan di sebuah spanduk, yang terpampang saat rombongan melintas. Rombongan itu bergerak perlahan dari rumah ayah angkatnya ke bekas rumah milik pemimpin pemberontak itu. Sekitar 40 petugas keamanan, yang sebagian besar polisi nasional, mengamankan upacara tersebut. "Apa pun dikatakan orang, dia orang berjiwa baik dan kami ingin melihat dia untuk yang terakhir kali," kata Novena Caminha (49 tahun), yang datang ke pemakaman bersama rekan-rekannya. Reinado dan sejumlah rekannya menyerbu kediaman presiden Jose Ramos-Horta pada Senin dinihari. Ramos-Horta tertembak di dada dan punggung. Dia menjalani tiga pembedahan dan dirawat di rumahsakit di Australia. Pemberontak pada Senin juga menembaki kendaraan perdana menteri Xanana Gusmao, namun dia lolos tanpa cedera, kemudian menyeru negara dalam keadaan darurat serta minta bantuan pasukan Australia. Polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa dan polisi nasional memburu anak buah Reinado. Sejumlah 12 surat perintah penahanan diterbitkan dan enam lagi disiapkan. "Pemburuan sedang berlangsung. Surat perintah penahanan berlaku untuk 21 hari dan akan diserahkan ke polisi untuk dilaksanakan," kata jaksa agung Longuinhos Monteiro pada Kamis seperti dikutip AFP. Pemimpin tentara Timor Timur, Brigadir Jenderal Taur Matan Ruak, mengecam keras pasukan asing, yang gagal mencegah usaha pembunuhan tersebut. Sekitar 350 anggota pasukan Australia tiba di Dili untuk memperkuat pasukan asing serta 1.700 polisi Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang bertugas di Timor Timur. (*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008