Surabaya (ANTARA News) - Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya kini memiliki profesor (guru besar) matematika yang pertama, yakni Prof Dr Basuki Widodo MSc.
"Jurusan Matematika sudah ada sejak tahun 1965, tapi belum punya profesor sampai saya mendapat SK guru besar pada 1 September 2007," katanya di Surabaya, Kamis.
Profesor termuda di ITS kelahiran Surabaya pada 5 Juni 1965 itu merupakan pakar permodelan dan simulasi matematika.
"Saya menghitung sifat-sifat fisis suatu benda, kemudian dibuatkan model untuk mengetahui pola sifatnya," kata guru besar ke-10 di Fakultas MIPA ITS.
Ia mengatakan permodelan matematika yang dibuatnya sudah aplikatif pada bidang perkapalan, kelautan, pertahanan, kedokteran, teknologi pangan, hingga pertanian.
"Untuk bidang pertahanan dan keamanan, saya sudah model dan model itu sudah saya rancang dalam sebuah software bernama Stealth Profiler," kata guru besar ke-64 di ITS Surabaya itu.
Menurut Kepala Jurusan (Kajur) Matematika itu, software yang dibuat sejak tahun 2006 itu dikenal sebagai RCS (Radar Cross Section) yang mampu mendeteksi stealth atau unsur siluman sebuah benda.
"Kalau software itu dipasang atau diintegrasikan pada radar sebuah kapal akan membuatnya tak terdeteksi oleh radar dari kapal lain, karena bentuknya mengalami dispersi (penyebaran) menjadi bukan seperti kapal lagi," katanya.
Selama ini, katanya, RCS itu banyak macamnya, diantaranya CADRCS, EPSILON, dan RadBase, namun RCS buatannya merupakan software asli yang tidak mengadopsi software serupa yang sudah ada.
"Selama ini, kita masih belum bisa menghitung tingkat stealth suatu benda, sehingga pejabat kita mudah dimanipulasi pihak asing," katanya.
Misalnya, katanya, teknologi stealth yang digunakan kapal nelayan asing sudah sangat canggih, sehingga mereka sering lolos dari pantauan radar milik Indonesia, karena tingkat penghitungan "stealth" (ukuran siluman) mereka jauh lebih tinggi ukurannya.
"Dengan software yang saya buat, tingkat siluman sebuah benda dapat dibaca, sehingga kita takkan kecolongan lagi. Saya pernah menghitung tingkat stealth tenda, kapal selam, pesawat, hingga orang," katanya.
Ia menambahkan permodelan untuk bidang perkapalan itu dapat dilakukan untuk bidang lain, seperti penghitungan angka kematian ibu melahirkan, jenis tanaman yang paling efektif menyerap CO2, dan perilaku hama kedelai.
"Riset terhadap tanaman kedelai jenis wilis yang dilakukan mahasiswa yang saya bimbingan pada 2007 mampu menghitung hama kedelai sekaligus menemukan solusi cara pengendalian hama kedelai tersebut tanpa proses kimiawi," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008