Jakarta (ANTARA News) - Industri perbankan masih tetap tumbuh meski tahun ini banyak tantangan yang harus dihadapi, terutama gejolak ekonomi global akibat kasus "subprime mortgage" (kredit gagal bayar sektor perumahan) di Amerika Serikat (AS). "Namun, gejolak ekonomi global secara perlahan-lahan kemungkinan akan berkurang, karena AS terus melakukan perbaikan," kata Direktur Bank NISP, Kamsidin Wirahadikusuma, usai meresmikan kantor cabang ke-91 dari 105 cabang se-Regional II di Jakarta, Kamis. Menurut dia, perbankan untuk menghadapi tantangan itu harus hati-hati menyalurkan kredit, efisiensi dan terus memberikan pelayanan yang lebih baik kepada nasabah, karena tanpa nasabah, maka perbankan tidak akan eksis. "Kami optimistis industri perbankan tetap berjalan dengan baik, bahkan target kredit yang disalurkan akan dapat dicapai dengan baik," ucapnya. Mengenai profitabilitas perbankan, ia mengatakan, tidak akan tergerus, meski persaingan pasar makin ketat dan kekhawatiran atas turbulensi global. Perbankan untuk bisa meraih profitabilitas lebih baik harus meningkatkan pelayanannya kepada masyarakat untuk menarik minatnya menempatkan dananya di bank, dan melakukan penganekaragaman produk, katanya. Bank Indonesia (BI) sendiri, lanjut dia, optimis target pertumbuhan kredit perbankan pada tahun ini akan bisa tercapai melihat pemerintah aktif membangun sektor infrastruktur dan menarik minat investor asing untuk masuk ke pasar domestik. Perbankan bahkan diminta mampu menciptakan pasar, bukan mengikuti kemauan pasar, sehingga penyaluran kredit dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh debitur, tuturnya. Mengenai BI Rate, menurut dia, untuk saat ini masih stabil pada angka 8 persen, namun apabila laju inflasi pada bulan berikut terkendali, BI akan bisa turun sebesar 25 basis poin. "Kami optimis bunga BI Rate akan dapat turun, apabila laju inflasi terkendali, karena pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk menekan gejolak domestik tersebut," ucapnya menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008