Jambi (ANTARA) - Pascaputusan Mahkamah Konstitusi atas gugatan Pasangan Calon Presiden Prabowo dan Wakil Presiden RI Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno atas perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2019, masyarakat Jambi diminta untuk tetap merekatkan persatuan. Tidak ada lagi kubu 01 ataupun kubu 02, yang ada Indonesia bersatu.
Seluruh rakyat di 34 provinsi di Tanah Air, termasuk di bumi "Sepucuk Jambi Sembilan Lurah", Provinsi Jambi, tinggal menunggu proses dan tahapan berikutnya dari hasil yang telah ditetapkan dari pesta demokrasi lima tahunan itu.
Baca juga: Yogyakarta melangkah maju usai Pemilu 2019
Wali Kota Jambi Syarif Fasha menyerukan kepada warga Jambi, khususnya masyarakat Kota Jambi untuk bersatu dan tidak ada lagi perpecahan pascaputusan MK terkait dengan hasil Pilpres 2019.
Menurut Fasha saat ini saatnya untuk bergandengan tangan, bersama-sama dan bersatu membangun Ibu Pertiwi.
Proses panjang pesta demokrasi telah dilalui, keputusan politik pun telah di putuskan oleh MK, kepada seluruh masyarakat Kota Jambi yang tadinya terpecah dan terpolarisasi dalam Pemilu 2019. Ada yang mendukung A dan ada yang mendukung B, ini saatnya semua anak bangsa bersatu kembali.
Meskipun sebagian berat hati menerima keputusan MK tersebut, keputusan politik di lembaga konstitusional telah ditetapkan dan harus dihargai dan dijalankan secara bersama. Dijalankan dalam arti tidak melakukan hal-hal yang reaksional yang sifatnya dapat merugikan suatu kelompok.
Fasha berharap hasil putusan MK tersebut merupakan yang terbaik bagi bangsa Indonesia.
Kepada pasangan calon presiden dan wakil presiden terpilih, Syarif Fasha berharap program-program pembangunan pemerintah pusat yang direncanakan dan yang dijanjikan dapat berlangsung dan berjalan dengan baik di Provinsi Jambi. Meski dilihat dari perolehan suara Pemilu 2019 di Provinsi Jambi, pasangan Joko Widodo-K.H. Ma'ruf Amin tidak unggul dari perolehan suara dari pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Di Provinsi Jambi, baik di kota maupun kabupaten lainnya, peroleh suara untuk Pasangan Nomor Urut 01 tidak unggul. Akan tetapi, tidak boleh dilihat hasil itu.
"Lanjutkanlah program Bapak Presiden yang ingin membangun Jambi, seperti membangun tol dan membangun Pelabuhan Ujung Jabung," kata Syarif Fasha yang juga Ketua DPD Partai Golkar Kota Jambi itu.
Baca juga: Relawan Bravo 5 berharap tak ada intervensi Jokowi-Ma'ruf
Selain itu, Syarif Fasha berharap akses lalu lintas di Pulau Sumatera juga dapat dibangun seperti di Pula Jawa dan Pula Kalimantan. Akses-akses lalu lintas jalur darat antarprovinsi dapat dibangun tol. Pada saat ini, bila bepergian melalui jalur darat antarprovinsi di Palau Sumatera, membutuhkan waktu yang relaif cukup lama.
Fasha menyampaikan harapan warga Jambi ingin dari Provinsi Jambi menuju Palembang, Ibu Kota Sumatera Selatan, yang sebelumnya membutuhkan waktu 7 hingga 8 jam, ke depan dapat di tempuh selama 2 s.d. 3 jam melalui tol.
Ia juga berharap di Provinsi Jambi turut dibangun jalur rel kereta api yang akan menjadi masa depan angkutan massal. Jalur KA ini terkoneksi dengan jalur KA lintas Sumatera, mulai dari Lampung hingga ke Sumatera Utara, bahkan Aceh.
"Tak ada lagi istilah kalah atau menang, kini saatnya memulai yang baru, meneruskan program yang telah dirintis," kata Syarif Fasaha.
Terima Kenyataan
Sementara itu, pengamat politik Provinsi Jambi Mochammad Farisi mengatakan bahwa masyarakat harus menerima kenyataan yang ada.
Keputusan sudah ditetapkan dan tidak ada yang dapat mengubah keputusan tersebut. Sudah saatnya masyarakat bersatu membangun bangsa. Harus sampai kapan perselisihan tersebut berlangsung, sementara negara lain membangun peradaban bangsanya menjadi lebih baik.
"Siapa bisa mengalahkan takdir Tuhan? 'No One'. Rencana Tuhan pasti lebih baik dan Mahasempurna dari rencana manusia, semua ada hikmahnya bagi orang-orang yang beriman," kata Mochammad Farisi.
Seperti halnya kompetisi-kompetisi lainnya, dalam pemilu pasti ada pasangan calon yang menang dan kalah, pasti ada suka dan duka. Tidak hanya dalam pilpres, tetapi juga untuk pemilihan umum anggota legislatif.
Baca juga: Pengamat: Putusan MK tak semata persoalan menang-kalah
Namun, itulah realitas kehidupan yang mau tidak mau harus diterima dan dijalani oleh masing-masing kandidat. Slogan siap menang dan siap kalah mudah untuk diucapkan tetapi butuh jiwa besar untuk mempraktikkannya, khususnya bagi pihak yang kalah.
Menurut Farisi, ada dua tipe individu yang kalah. Tipe pertama, secara kesatria dan lapang dada menerima kekalahan dan mengucapkan selamat kepada kandidat yang menang, segera melakukan evaluasi dan introspeksi untuk mengetahui mengapa dia kalah, mengambil pelajaran dan melakukan perbaikan dan siap "move on" lagi.
Kedua, tipe yang tidak mau menerima kenyataan dia kalah, sibuk menuding orang lain sebagai biang kekalahan dan tidak mau introspeksi.
Sulit dan tidak mudah menerima kekalahan, apalagi sudah berjuang sekuat tenaga, berdasarkan hasil polling internal dan analisis tim sukses menyatakan bahwa kandidat yakin akan menang.
Akan tetapi, kandidat yang kalah harus segera bangkit, melakukan evaluasi, mungkin ada kesalahan dalam menggunakan strategi, salah mengalkulasi dukungan, dan salah memahami masyarakat.
Mochammad Farisi bisa merasakan minggu-minggu ini adalah malam kelabu dan terasa panjang serta sulit menutup mata bagi kandidat yang kalah. Setelah bisa menata hati, emosi, kesedihan, kekecewaan, dan melakukan kajian, yang harus segera dilakukan adalah menyampaikan pernyataan atas hasil yang ada, berterima kasih dan meminta maaf kepada para pendukung serta mengucapkan selamat.
Bagi pemenang pemilu, perlu diingatkan bahwa menjadi presiden dan wakil presiden ataupun menjadi anggota legislatif adalah alat, bukan tujuan. Bila menjadi hasil itu, sebut saja terpilih jadi presiden adalah tujuan, pasangan calon terpilih telah mencapai garis finis.
Baca juga: Harapan pasca-putusan MK, ekonomi semakin stabil
Sebaliknya, menjadi presiden/wakil presiden dan meraih kursi legislatif merupakan start awal dari kiprah selama 5 tahun ke depan untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan seluruh masyarakat Indonesia.
Satu detik setelah capres terpilih dilantik menjadi presiden nanti, roda pemerintahan berada di pundak mereka. Setelah itu, mereka harus berhenti berbicara (kampanye/pencitraan), jalankan tugas dan tanggung jawab sebaik-baiknya, sekuat tenaga, tidak mengeluh, apalagi ada kata tidak siap.
Sebaliknya, rakyat juga harus cerdas mengawasi serta menagih janji-janji politik yang disampaikan pada saat kampanye maupun pada saat debat publik.
Pemilu 2019 telah selesai, pasangan Jokowi-Ma'ruf adalah pemenangnya. Segeralah merumuskan arah baru dari perjalanan panjang selama 5 tahun ke depan. Kuatkan hati karena langit tidak selalu cerah dan ombak tidak selalu tenang.
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019