Brisbane (ANTARA News) - Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd, memastikan keberangkatannya ke Timor Leste, Jumat (15/2), guna membahas situasi terakhir negara itu bersama dengan PM Xanana Gusmao, menyusul serangan kelompok gerilyawan pimpinan Alfredo Reinado 11 Februari dini hari lalu atas Presiden Ramos Horta dan Xanana.Kepergian PM Rudd ke negara kecil yang didera pertikaian berdarah antarfaksi sejak 2006 itu, adalah untuk memenuhi permintaan PM Xanana Gusmao, ungkap ABC Kamis. Selasa lalu, personel keamanan tambahan Australia yang berjumlah 340 orang tentara dan polisi sudah tiba di Dili untuk membantu aparat keamanan asing dan Timor Leste memulihkan keamanan dan hukum, menyusul percobaan pembunuhan yang gagal terhadap Presiden Jose Ramos Horta dan PM Xanana Gusmao. PM Rudd mengaku "sangat terkejut" dengan serangan terhadap dua pemimpin Timor Leste yang disebutnya sebagai "teman dan mitra dekat Australia" itu. Dalam pertemuannya dengan PM Xanana Gusmao di Dili, Jumat (15/2), masalah tambahan pasukan keamanan Australia akan masuk dalam agenda pembahasan. Sementara itu, dalam perkembangan lain, mantan komandan Pasukan Internasional di Timor Timur (Interfet) Jenderal (pur) Peter Cosgrove dilaporkan menjenguk Presiden Ramos Horta di Rumah Sakit Royal Darwin (RDH). Menurut ABC, Peter Cosgrove sempat berbicara dengan Presiden Horta yang dievakuasi dari Dili ke RDH di Northern Territory untuk mendapatkan perawatan lanjutan atas luka tembak yang dideritanya. Sehari sebelumnya, tim dokter RDH yang kembali melakukan operasi terhadap kepala negara Timor Leste itu memastikan bahwa Presiden Horta ditembak dua kali dari belakang, yakni sekali di bagian dada atas dan sekali lagi di bagian perut. Dr. Phil Carson dari RDH mengatakan, operasi yang dilakukan tim dokter juga mendapati adanya lubang luka ketiga yang berasal dari salah satu dari dua butir peluru yang sempat bersarang di tubuh Horta, katanya. Sejauh ini, kondisi kepala negara Timor Leste yang mengalami luka tembak dalam serangan kelompok gerilyawan pimpinan Alfredo Reinado ke kediamannya di Dili 11 Februari dini hari itu "serius tapi stabil", katanya. Dr. Phil Carson mengatakan, pihaknya terus memantau kondisi kesehatan Presiden Horta secara seksama selama beberapa hari mendatang, dan kemungkinan dilakukan operasi terhadapnya pekan ini tetap ada. Dalam penjelasan sebelumnya, Pejabat bidang medis RDH Dr Len Notaras sempat menduga Presiden Horta mendapat tiga luka tembak di tubuhnya. Notaras mengatakan, pecahan-pecahan peluru sudah dikeluarkan dari tubuhnya. Pecahan-pecahan tersebut kemudian diserahkan ke Polisi Federal Australia. Setidaknya hingga Kamis, Presiden Horta masih tinggal di ventilator. Dalam serangan 11 Februari dini hari itu, Pemimpin kelompok gerilyawan, Alfredo Reinado, dilaporkan tewas. Tewasnya Alfredo diyakini Pengamat masalah Timor Leste di Universitas Nasional Australia (ANU), George Quinn, memberi harapan baik bagi terbangunnya stabilitas keamanan disana dalam jangka panjang. "Tewasnya Alfredo Rainado akan menghilangkan gangguan keamanan bagi Timor Leste dan diharapkan akan ada kemajuan yang lebih baik dalam jangka panjang. Kita menyambut baik tewasnya Alfredo," katanya. Namun dalam jangka pendek, bisa saja instabiltas seperti keonaran di jalan-jalan masih bisa terjadi menyusul tewasnya Alfredo, katanya kepada ANTARA Selasa lalu (12/2). Ketua Pusat Asia Tenggara Fakultas Studi-Studi Asia ANU itu mengatakan, selama ini Alfredo didukung oleh kelompok warga Timor Leste yang menganggur dan tidak mendapatkan perhatian dari pemerintahan yang lama maupun pemerintahan yang kini berkuasa. "Dengan tewasnya Alfredo, posisi golongan ketiga ini menjadi lebih lemah," kata akademisi yang sudah tiga kali mengunjungi Timor Leste sepanjang 2006 dan 2007 itu. Insiden serangan Senin dini hari lalu memperpanjang peristiwa berdarah yang mendera negara kecil tetangga Indonesia dan Australia itu sejak 2006 lalu. Pertikaian berdarah itu setidaknya telah menewaskan 37 orang dan mengakibatkan 155 ribu warga meninggalkan rumah-rumah mereka. Pemerintah Timor Leste pun meminta bantuan tentara asing untuk memulihkan stabilitas. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008