Manila (ANTARA News)- Polisi dan tentara, Kamis, berada dalam siaga tinggi menjelang unjukrasa besar-besaran mendesak pengunduran diri Presiden Gloria Arroyo yang dituduh terlibat skandal korupsi. Pasukan berada dalam "status siaga merah penuh" dari Rabu malam untuk mencegah kerusuhan menjelang unjukrasa, Jumat, yang dilakukan oleh lawan-lawan politik Arroyo dan beberapa organisasi kiri. Jurubicara militer Kapten Carlo Ferrer mengatakan mereka menerima laporan-laporan intelijen bahwa unsur-unsur kelompok pemberontak komunis Tentara Rakyat Baru (NPA) mungkin akan menyusup di kalangan pengunjukrasa dan menghasut kerusuhan. "Para penyelenggara dianjurkan untuk mengawasi kelompok-kelompok mereka sendiri agar mereka tidak disusupi dan melakukan unjukrasa yang tertib dan damai," kata Ferrer dalam satu pernyataan, sebagaimana dikutip AFP. Para pengeritik Arroyo telah melancarkan protes setiap hari di sekitar Manila menyerukan dia mundur setelah ada pernyataan-pernyataan bahwa suaminya dan seorang sekutu politiknya berusaha untuk mendapat uang sogok jutaan dolar dari satu transaksi telekom dengan sebuah perusahaan China. Transaski senilai 329 juta dolar bagi sebuah jaringan perusahaan nasional dengan perusahaan ZTE milik pemerintah China telah dibatalkan oleh Arroyo. Beberapa kolompok bisnis memperingatkan bahwa skandal itu dapat membawa negara itu ke dalam satu babak baru ketidakstabilan politik dan mengurangi kepercayaan investor. Para pemimpin Gereja Katolik Roma yang berpengaruh , pemimpin-pemimpin bisnis dan bahkan kelompok pengacara telah menyatakan dukungan mereka bagi protes yang menurut rencana akan diselenggarakan di distrik bisnis Makati, Manila itu. Istana presiden menyerukan rakyat tenang menyangkut skandal itu, tetapi lawan-lawan Arroyo melaporkan kasus itu ke pengadilan. Pada Kamis, utusan AS untuk Manila, Kristie Kenney mengatakan setiap protes harus ditempatkan dalam "kerangka konstitusi dan norma hukum." Akan tetapi, ia mengatakan "hak bagi publik untuk melakukan protes untuk menyampaikan pandangan mereka adalah fundamentiil bagi kita semua. "Pemerintah dan sektor-sektor swasta penting memahami itu," kata Kenney. (*)

Copyright © ANTARA 2008