Dili (ANTARA News)- Penjabat presiden Timor Leste, Kamis, mengatakan ia secara resmi menyetujui perpanjangan keadaan darurat setelah negara itu diguncang oleh usaha pembunuhan terhadap dua pemimpin mereka.
"Rabu malam saya menyetujui dan secara resmi mengumumkan perpanjangan keadaan darurat seperti yang diusulkan pemerintah selama 10 hari sampai 23 Februari," kata Fernando de Araujo, ketua parlemen, kepada AFP.
Perdana Menteri Xanana Gusmao, yang selamat dari serangan terhadap konvoi kendaraannya, Senin, meminta perpanjangan itu dan parlemen Rabu malam menyetujuinya.
Semula keadaan darurat 48 jam yang diberlakukan menyusul serangan-serangan Senin dituduh dilakukan para tentara pembangkang, yang menyebabkan Presiden Jose Ramos Horta luka parah itu, akan berakhir Rabu petang.
Berdasarkan keadaan darurat itu, larangan keluar rumah pada malam hari diberlakukan dan pertemuan-pertemuan serta unjukrasa dilarang.
Gusmao mengatakan larangan-larangan itu bertujuan untuk "menjaga stabiilitas."
Ramos Horta, peraih Hadiah Nobel Perdamaian, mengalami tiga luka tembak dalam serangan di kediamannya, tempat pemimpin tentara yang memberontak Reinado Reinado tewas.
Presiden Horta sedang menjalani penyembuhan di sebuah rumah sakit Australia setelah menjalani tiga operasi, sementara jenazah Reinado menurut rencana akan dikebumikan di Dili pukul 15:00 WIB Kamis.
Ada kekuatiran bahwa kematian Reinado dapat menimbulkan aksi kekerasan oleh para pendukungnya, terutama di kalangan pemuda. (*)
Copyright © ANTARA 2008