Jakarta (ANTARA) -- Dalam rangka untuk mendorong peningkatan sesi wajib industri asuransi nasional yang saat ini dipatok sebesar 2,5 persen atau nilai maksimal Rp500 juta per polis, Badan Pengelola Pusat Data Statistik Asuransi Nasional (BPPDAN) melakukan uji coba penerapan metodologi stokastik dalam proses pengelolaan data.


Hal ini disampaikan oleh Kepala BPPDAN Arie Surya Nugraha di acara BPPDAN Gathering 2019 yang mengusung tema 'Transformasi BPPDAN untuk Pengelolaan Data Asuransi Berkualitas' di Jakarta, Kamis.


"Tujuannya adalah agar ketika dibutuhkan oleh Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) untuk mengkaji rate, BPPDAN sudah siap dengan model perhitungan yang lebih baik," katanya.


BPPDAN berkolaborasi dengan Kelompok Keilmuan (KK) Statistika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) selaku mitra akademisi untuk mengembangkan dan menerapkan stokastik di dalam pengolahan data dan penghitungan tarif premi.


Ari melanjutkan, stokastik dinilai mampu menekan posibilitas kesalahan dalam proses verifikasi data polis asuransi yang jumlahnya begitu besar. Metodologi ini mewajibkan pengumpulan data yang yang komprehensif dan akurat sehingga mengoptimalkan penentuan tarif yang didasarkan pada risiko dari polis tersebut.


"Karena tingkat akurasi yang tinggi tersebut, kami pun mengembangkan sistem validasi data B2B yang mencegah ketidaksempurnaan data untuk terproses, yang pada akhirnya meningkatkan efisiensi dan alur kerja," tambahnya.


Lebih lanjut, untuk penerapan metodologi ini, pihaknya telah meningkatkan infrastruktur pengolahan data dengan mengembangkan sistem B2B.


"Sistem ini sudah sukses diujicobakan ke lima perusahaan asuransi," ungkapnya.


Pada kesempatan yang sama, Kaprosi Magister Pengajaran Matematika dan Magister Aktuaria dan Ketua KK Statistika FMIPA ITB mengungkapkan bahwa metodologi stokastik memungkinkan analisis data yang bersifat prospektif, bukan retrospektif.


"Jadi, dengan stokastik kita bisa mengolah data hingga 10 tahun ke belakang untuk memprediksi tren yang akan terjadi hingga satu tahun ke depan. Hal demikian, tidak dapat dilakukan oleh deterministik," paparnya.


Penerapan stokastik pada praktik asuransi modern dinilai tepat mengingat pesatnya perkembangan teknologi yang memungkinkan pengumpulan data menjadi lebih mudah dan akurat.


Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody A. S. Dalimunthe, selaku perwakilan dari industri asuransi nasional, menyatakan dukungannya terhadap pengimplementasian metode ini guna menghadirkan nilai lebih baik bagi perusahaan asuransi maupun tertanggung.


"Jadi outputnya nanti tidak 'satu untuk semua', tapi jauh lebih bervariabel dan menyesuaikan risiko masing-masing polis," pungkasnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2019