Jakarta (ANTARA News) - Departemen Pertanian mentargetkan produksi kedelai pada 2008 mencapai 1,3 juta ton sehingga mampu mengurangi impor komoditas pangan tersebut. Menteri Pertanian Anton Apriyantono di Jakarta, Rabu, mengatakan pemerintah akan mempercepat swasembada kedelai dari sebelumnya 2015 menjadi 2011. "Saat ini pemerintah sedang mengidentifikasi calon lahan dan calon petani," kata menteri dalam pembukaan Rakernas Departemen Pertanian dan persiapan penyusunan rencana kerja tahun 2009. Untuk mempercepat swasembada tanaman pangan, tambahnya, pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp1 triliun, sekitar Rp600 miliar di antaranya untuk tanaman kedelai. Meski anggaran dipotong 15 persen, tambahnya, Deptan tidak perlu mengeluh karena pemerintah memberikan tambahan dana sebanyak Rp1 triliun untuk peningkatan produksi kedelai dan jagung. Selain itu pemerintah juga menyiapkan model pengembangan kedelai, mulai dari Sekolah Lapang Pengembangan Tanaman Terpadu (SLPTT) kedelai, dan "soybean estate" yang melibatkan perusahaan swasta dan BUMN sertamempercepat perluasan kemitraan dengan pabrikan. Menurut data Ditjen Tanaman Pangan Deptan, untuk program Sekolah Lapang PTT Kedelai direncanakan seluas 200.000 ha di 70 kabupaten dan 20 provinsi. Kemitraan kedelai seluas 100.000 ha di 71 kabupaten dan 19 provinsi, dan perluasan areal tanam kedelai seluas 160.000 ha pada 206 kabupaten di 30 provinsi. Dengan percepatan swasembada, pemerintah mengharapkan impor kedelai dapat ditekan. Pada tahun lalu impor kedelai sekitar 1,3 juta ton. Jika konsumsi perkapita rata-rata 10 kg per tahun maka dengan jumlah penduduk 220 juta dibutuhkan pasokan sekitar 2,1 hingga 2,2 juta ton. Data Departemen Pertanian mencatat pada 1990 impor kedelai hanya di bawah 500.000 ton dengan nilai rata-rata per tahun sebesar 128 juta dolar AS. Impor kedelai kemudian meningkat tajam dari tahun ke tahun. Misalnya, pada 2000 mencapai 1,3 juta ton dengan nilai 300 juta dolar AS, sedangkan antara dari 2000?2005 rata-rata 1,1 juta ton dengan nilai 358 juta dolar AS atau setara Rp3,58 triliun. Perkembangan produksi kedelai tahun 1992 merupakan puncak produksi kedelai mencapai 1,86 juta ton, tapi sejak 1993 terus menurun, seperti pada 2003 tinggal 671.600 ton disebabkan gairah petani menanam kedelai turun dipicu masuknya produk impor dengan harga murah karena saat itu bea masuk impor nol persen. Produksi kedelai pada 2004 hingga 2006 sempat meningkat, dari 723.483 ton menjadi, 808.353 ton (2005) dan 746.611 ton (2006) namun 2007 kembali turun menjadi sekitar 608.000 ton. "Upaya Pemerintah dalam meningkatkan produksi padi ternyata tidak terjadi dengan kedelai. Instrumen fiskal sepanjang 2007 berupa tarif impor 10 persen juga belum mampu membuat harga kedelai menjadi menarik bagi petani," kata Anton. Akibatnya ketika harga beberapa produk pangan, termasuk kedelai, di pasar internasional melonjak dan pabrikan memerlukan bahan baku dari dalam negeri, ternyata pasokan tidak mencukupi. Karena itu kemudian terjadi peningkatan harga kedelai di pasar dalam negeri.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008