"Festival budaya yang hendak digelar jangan terbatas pada sastra atau musik, melainkan kolaborasi dengan seni rupa serta menampilkan budaya khas Kudus sendiri," ujar Gus Mus yang juga pengasuh Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Leteh, Kabupaten Rembang, saat menghadiri PPN di Kudus, Minggu.
Keberadaan Menara Kudus, kata dia, nantinya bukan lagi menjadi ikon keagamaan, melainkan budaya khas nusantara.
Baca juga: Objek wisata Menara Kudus bakal dilengkapi taman
Nantinya, kata dia lagi, penyair yang diundang tidak hanya sebagian, tetapi lebih banyak lagi, termasuk dari berbagai negara.
Ia menilai keberadaan PPN XI sebagai kegiatan menghilangkan kejenuhan setelah disakiti oleh politik.
"Kami selalu capai dengan politik, sedangkan budaya membuat badan menjadi tidak capek," ujarnya pula.
Ketua Panitia PPN XI Mukti Sutarman Espe mengungkapkan Kudus memang mendapatkan kesempatan untuk menggelar pertemuan penyair nasional.
Terselenggara PPN XI di Kudus mulai tanggal 28-30 Juni 2019 ini, kata dia, berkat dukungan semua pihak, terutama Bakti Budaya Djarum Foundation.
Jumlah penyair yang hadir mencapai 46 penyair dari Jateng, kemudian 32 penyair nasional, enam penyair dari Malaysia, tujuh penyair dari Singapura, enam penyair dari Thailand, dan empat penyair dari Brunei Darussalam.
Menurut dia, pertemuan penyair nusantara tidak hanya menjadi peristiwa sastra atau peristiwa budaya rutin tahunan, tetapi juga bertujuan untuk menjalin komunikasi antarpenyair nusantara, membahas perkembangan sastra dan kebudayaan nusantara, membuat antologi puisi bersama serta membaca sajak di atas panggung yang sama.
"Mengusung tema 'Puisi untuk Persaudaraan dan Kemanusiaan', kami sebagai penyair Kudus sangat bangga Kudus dipercaya menjadi penyelenggara PPN XI tahun ini. Kami harap, acara yang juga didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini dapat memberikan dampak positif bagi para penyair Kudus serta menghidupkan kembali perkembangan sastra di kalangan masyarakat Kudus, terutama generasi muda," ujarnya pula.
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019