Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Rabu sore masih terpuruk hingga di atas angka Rp9.250 per dolar AS, karena pelaku masih membeli dolar AS, akibat kekhawatiran mereka terhadap ekonomi nasional. Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp9.255/9.260 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya yang mencapai Rp9.240/9.264 per dolar AS atau melemah 15 poin. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Rabu, mengatakan pelaku pasar masih berspekulasi membeli dolar AS ketimbang rupiah, sehingga mata uang asing itu menguat di atas angka Rp9.250 per dolar AS. Pelaku pasar masih khawatir dengan pertumbuhan ekonomi nasional berkaitan dengan tingginya laju inflasi, katanya. Apalagi, lanjut dia, pemerintah juga belum bisa mengatasi kasus Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI) dan Bantuan likuiditas Bank Indonesia (BLBI) yang sangat disorot oleh DPR akhir-akhir ini. Kondisi ini menimbulkan ketidakkepercayaan (ragu-ragu) bagi pelaku asing yang ingin menempatkan dananya di pasar uang dan di pasar saham, katanya. Menurut dia, pelaku asing sebenarnya ingin sekali menempatkan dana di pasar domestik, karena selisih tingkat bunga rupiah dan dolar AS cukup besar mencapai lima persen (8-3). Namun mereka tidak berani melakukan investasinya karena khawatir dengan inflasi yang tinggi dana yang ditempatkan itu tidak akan kembali, ucapnya. Untuk itu, lanjutnya pemerintah harus bisa menekan laju inflasi pada bulan berikut, sehingga memicu Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya (BI Rate) yang saat ini masih bercokol delapan persen. Pemerintah harus dapat menyediakan bahan pangan mana yang memicu inflasi terus meningkat, karena dengan tersedianya stok, maka kebutuhan konsumen dapat dipenuhi, ucapnya. Ia mengatakan, pemerintah sebenarnya sudah melakukan berbagai kebijakan untuk menyediakan bahan pangan itu seperti beras dan kedelai baik dengan meningkatkan hasil produk tersebut yang didukung oleh impor dari negara lain. "Kami optimis upaya pemerintah pada giliran akan bisa memenuhi kebutuhan konsumen sehingga dapat menekan harga kedelai dan beras yang cenderung menguat," katanya. Karena itu, lanjut dia, kemerosotan rupiah yang lebih kecil dibanding pagi akan memberikan perubahan yang berarti, karena rupiah pada hari berikut akan lebih baik. Mengecilnya tekanan terhadap rupiah kemungkinan besar masuknya Bank Indonesia (BI) ke pasar dengan melepas dolar AS, sehingga tekanan terhadap rupiah agak berkurang, katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2008