Bagdad (ANTARA News) - Pasukan gabungan Inggris-Irak melancarkan gerakan pencarian Selasa subuh di desa di pinggiran kota Basra, Irak selatan, atas seorang wartawan Inggris, yang hilang bersama jurubahasa Irak-nya, kata sumber keamanan dan saksi. Pasukan Inggris dan Irak mengadakan serangan dan penggeledahan di Karmat Ali dan Bani Hussein, sebelah barat pangkalan Inggris di bandar udara Basra, kata sumber keamanan kepada kantor berita Jerman Deutsche Presse-Agentur dpa. Tentara Inggris juga tampak di daerah di dalam Basra, 550 kilometer selatan Bagdad, untuk pertama kali sejak mereka menarik diri dari kota itu pada Desember, kata saksi. Jaringan televisi Amerika Serikat CBS pada Senin mengumumkan bahwa kedua wartawan bekerja untuk CBS News di Basra itu hilang. Jaringan berita itu tidak menyebutkan nama wartawan tersebut dan menyatakan usaha sedang berlangsung untuk menemukan mereka. "CBS News sudah berhubungan langsung dengan keluarga mereka dan meminta kebebasan pribadi mereka dihormati," kata wanita jurubicara jaringan tersebut. Istri wartawan itu mengatakan kepada "The Independent" Inggris bahwa ia berharap dilepaskan segera. Kantor berita Suara Irak VOI mengutip keterangan sumber polisi setempat, yang Senin mengatakan terjadi penculikan seorang wartawan Inggris dan jurubahasa Irak-nya pada Minggu malam. Kedua pria itu, yang sedang bertugas, tinggal di hotel Qasr Sultan di Basra, kata VOI. Departemen Luar Negeri Inggris di London menyatakan menyelidiki laporan kejadian tersebut. Pada tahun lalu, 47 wartawan dan sembilan pekerja media tewas di Irak, kata kelompok kebebasan pers Reporters Sans Frontieres. Kelompok bersenjata pada tengah November menculik seorang wartawan televisi satelit Al Baghdadiyah sewaktu ia dalam perjalanan ke tempat kerja di Bagdad tengah, kata pejabat stasiun telivisi itu. Muntadhar al Zaidi diculik di daerah permukiman Bab Al Sharji Baghdad tengah, kata pejabat tersebut, yang menolak merinci lebih jauh atau disebut namanya. "Zaidi bekerja sebagai wartawan stasiun televisi Al Bagghdadiyah selama beberapa tahun dan tidak mendapat ancaman sebelum kejadian itu," kata pejabat tersebut. Ia kemudian dibebaskan pada pekan berikutnya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008