Jakarta (ANTARA News) - Produsen baja Australia, Bluescope Steel Limited, menjadikan Indonesia salah satu basis produksi terbesar setelah Australia dan Amerika Serikat, seiring penambahan kapasitas produksi dengan investasi sebesar 113 juta dolar AS.
"Kami menanamkan investasi yang besar di Indonesia, setelah Australia dan Amerika Serikat (AS)," kata CEO Bluescope Steel Limited Paul O`Malley, pada jumpa pers usai peletakan batu pertama perluasan pabrik di Cilegon, Banten, Selasa.
Selain di Indonesia, lanjut dia, Bluescope memiliki basis produksi dan operasi yang besar di Australia dan Amerika Serikat. Perusahaan itu juga beroperasi di Malaysia, Thailand, Vietnam, Chia, dan India.
Pada tahun ini, perusahaan tersebut memulai perluasan pabrik dengan total investasi sebesar 113 juta dolar guna menambah kapasitas produksi dari 100 ribu ton menjadi 300 ribu ton produk baja lapis logam (aluminium) untuk konstruksi bangunan.
"Pertumbuhan pasar produk tersebut sangat bagus di Indonesia, sehingga kami perlu menambah investasi," katanya.
Ia mengatakan saat ini permintaan produk Bluescope tersebut tidak sepenuhnya mampu dipasok dari produksi perusahaan itu di Indonesia, sehingga sekitar 35 persen dari permintaan domestik masih diimpor dari negara lain seperti Vietnam dan Malaysia.
"Akan lebih baik produk yang dijual diproduksi di sini, karena bisa meningkatkan keuntungan," ujar O`Malley mengemukakan alasan penambahan kapasitas pabrik di Indonesia. Sedangkan, bila menggunakan produk impor untuk memenuhi kebutuhan di Indonesia, pihaknya harus mengeluarkan biaya transportasi dan lain-lain yang menekan keuntungan.
Oleh karena itu, penambahan kapasitas produksi tersebut didedikasikan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.
O`Malley juga menegaskan Bluescope akan berada di Indonesia dalam jangka panjang. "Kami akan tetap berada di sini dan melakukan ekspansi investasi," katanya.
Saat ini kebutuhan bahan baku perusahaan yaitu baja lembaran dingin (CRC) , kata dia, dipasok dari PT Krakatau Steel (KS).
Ia menargetkan pada 2008 pendapatan PT Bluescope Steel Indonesia meningkat sekitar 50 persen dari tahun lalu yang mencapai sekitar 160 juta dolar AS.
Bahkan ia menargetkan setelah perluasan pabrik selesai pada akhir 2009 dan beroperasi mulai 2010, pendapatan perusahaan tersebut di Indonesia naik dua kali lipat.
Sementara itu, Menperin Fahmi Idris yang hadir pada peletakan batu pertama, mengharapkan, perluasan pabrik tersebut menyerap tenaga kerja dari daerah sekitar dan menggunakan bahan baku dari dalam negeri guna meningkat nilai tambah bagi Indonesia.
"Produksi tersebut juga diharapkan bisa memenuhi seluruh kebutuhan dalam negeri di samping ekspor," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008