Kita baru berfokus pada konsumen dalam negeri, tapi tidak mengejar pasar di luar negeriJakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Berly Martawardaya mendorong kebijakan terhadap industri berorientasi ekspor lebih ditingkatkan pada periode kedua kepemimpinan Joko Widodo.
"Kita baru berfokus pada konsumen dalam negeri, tapi tidak mengejar pasar di luar negeri," kata Berly kepada ANTARA, Jumat.
Berly mencontohkan Vietnam sebagai salah satu negara yang telah menerapkan industri berorientasi ekspor.
Vietnam berhasil menggaet Korea untuk membuat pabrik pembuatan ponsel di negaranya, sehingga saat ini hampir seluruh di ASEAN ponsel dibuat oleh Vietnam.
Hal ini dapat diterapkan pada pengembangan sektor nonmigas yang mengalami peningkatan ekspor pada Mei 2019 ini.
"Selama ini kita mengekspor minyak sawit dan tambang sebagai bahan baku yang belum diolah, padahal jika kita mengolahnya kedua bahan tersebut dapat dijual dengan nilai yang lebih tinggi," kata pria yang juga merupakan Direktur Riset INDEF itu.
Ia mencontohkan salah satu hasil tambang yaitu nikel dapat diolah menjadi bahan baku baterai ponsel yaitu lithium.
"Jika bisa diolah dan menghasilkan nilai transaksi yang lebih tinggi, maka nilai ekspor pun akan lebih dari saat ini," kata Berly.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan neraca perdagangan Indonesia Mei 2019 surplus 210 juta dolar AS, namun sektor migas mengalami defisit sebesar 980 juta dolar AS.
Baca juga: Pemerintah perlu perbanyak insentif untuk tumbuhkan industri
Baca juga: Industri pengolahan dinilai belum optimal dongkrak kinerja ekspor
Pewarta: Livia Kristianti
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2019