Jakarta (ANTARA News)- Pengamat perbankan, Edwin Sinaga, mengatakan perbankan nasional tahun ini harus merevisi target pertumbuhan yang telah dicanangkan karena turbulensi (gejolak) ekonomi global mulai mengimbas ke pasar domestik.
"Gejolak ekonomi global yang mulai mengimbas ke kawasan Asia seperti China yang ekonominya tumbuh di atas 10 persen turun menjadi sembilan persen," katanya di Jakarta, Selasa.
Pemerintah sebelumnya telah melakukan revisi pertumbuhan ekonomi dan laju inflasi tahun ini, karena krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa serta Jepang, yang didukung kenaikan harga minyak mentah dunia menimbulkan kekhawatiran.
Menurut dia, inflasi tinggi dan berkurangnya pendapatan dana pihak ketiga (DPK) dari masyarakat merupakan faktor-faktor yang harus dikaji kembali.
"Kami optimis perbankan akan kembali merevisi target pertumbuhan," ujarnya.
Apalagi, lanjut dia, kredit perbankan untuk tahun ini diperkirakan akan berkurang sehingga fungsi intermediasi bank tidak berjalan sebagaimana mestinya.
Perbankan, menurut dia, harus lebih aktif dalam melaksanakan fungsi kehati-hatian (prudent-banking) dalam menyalurkan kredit, karena kalau tidak akan menimbulkan masalah di kemudian hari.
"Saya kira bank-bank perlu merevisi target pertumbuhannya agar tetap eksis," ucapnya.
Private Banking Group Head, PT Bank Niaga, Maryadi Aryo Laksmono, secara terpisah mengatakan perbankan memang perlu merevisi target pertumbuhan, namun dalam revisi tersebut tidak semua sektor harus diubah.
Revisi perbankan mungkin saja pada sektor `consumer good` yang memang harus dijaga keberadaannya, kata dia.
Meski demikian, lanjut dia, pertumbuhan ekonomi masih tetap positif di atas 6 persen, meski memang ada pelambatan.
Pertumbuhan ekonomi pada tahun ini memang agak berat yang merupakan tahun penuh tantangan, namun apabila sektor infrastruktur yang terus dilakukan pemerintah berjalan dengan baik, maka pertumbuhan ekonomi akan semakin baik, ucapnya.
Indonesia, menurut dia, merupakan negara kaya dengan tanah yang subur, karena itu berbagai gejolak yang terjadi baik domestik maupun luar diperkirakan tidak akan berlangsung lama.
Hal ini dapat diatasi apabila pemerintah memanfaatkan kesuburan tanah untuk memenuhi kebutuhan lokal maupun ekspor khusus kedelai.
Pemerintah bahkan membuat kebijakan yang mendukung kegiatan petani dengan memberikan lahan untuk menanam kedelai maupun beras, sehingga kebutuhan impor akan bisa berkurang, ucapnya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008