PBB, News York (ANTARA News) - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB), Senin malam, dijadwalkan membahas percobaan pembunuhan atas Presiden Timor Timur Jose Ramos-Horta, kata jurubicara badan dunia itu. Marie Okabe menyatakan badan 15 anggota itu akan bersidang pada pukul 15.00 (03.00 WIB, Selasa) untuk membicarakan penembakan tersebut, yang menjerumuskan negara muda Ramos-Horta itu ke kegentingan baru. Pemimpin Timor Timur dan penerima Nobel Perdamaian itu diterbangkan ke Australia untuk perawatan darurat sesudah ditembak dalam pertempuran di kediamannya, yang menewaskan pemimpin pemberontak Alfredo Reinado. Kelompok bersenjata juga menyasar rumah Perdana Menteri Xanana Gusmao dalam serangan tergalang, yang memicu keadaan darurat di Timor Timur, tempat pasukan asing masih meronda sesudah ditugaskan di tengah kerusuhan pada 2006. Saat menanggapi perbantahan Majelis Umum mengenai perubahan iklim, pemimpin Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon mengatakan, "Izinkan saya memulai dengan menambahkan suara saya kepada semua yang berdoa untuk pemulihan penuh dan cepat Jose Ramos-Horta, sesudah serangan keji dan tak terkatakan, yang dideritanya kemarin." "Kita berdiri dalam kesetiakawanan dengan pemerintah dan rakyat Timor Timur, dalam harapan bahwa perdamaian dan ketenteraman berlaku serta berterima kasih kepada Australia atas sumbangan cepatnya sampai ahir ini," tambahnya. Sebelumnya, Ban menyatakan lewat kantor persnya bahwa ia "terkejut dan cemas" atas serangan itu dan mendesak satu juta rakyat negara tersebut tetap tenang. Xanana pada Senin menyatakan keadaan darurat akan diberlakukan di seluruh negeri sedikit-dikitnya 48 jam setelah Ramos-Horta ditembak dan terluka. Keadaan darurat itu akan mempertimbangkan jam larangan keluar rumah pada waktu malam dari pukul 20.00 waktu setempat (18.00 WIB), kata Gusmao. Jam malam itu "mencabut hak bergerak bebas, yang berarti bahwa orang tidak dapat berjalan-jalan berkeliling dan setiap orang harus tetap tenang di rumah dari pukul 20.00", kata Gusmao dalam pernyataan tertulisnya, seperti dilaporkan AFP. Orang juga dilarang melakukan pertemuan atau unjukrasa, tambahnya. Belum jelas kapan jam malam itu akan dicabut. Pengumuman itu masih harus disetujui oleh pemangku jabatan kepala negara, wakil pertama ketua parlemen Vicente Guterres, karena ketidakhadiran Ramos-Horta. "Kami akan bersatu dalam mengatasi atau melewati tantangan, yang menentang kemapanan kami. Sekarang, kami akan tetap bersama secara tenang dalam menanggulangi masalah ini," kata Xanana. "Saya khususnya mengalamatkan diri saya pada pemuda kami, karena saya tahu bahwa banyak dari Anda masih merasakan desakan untuk memberontak. Anda hendaknya tidak meniru perbuatan jahat satu kelompok bersenjata, yang tanpa pembenaran ingin membunuh orang lain serta merusak kedaulatan dan ketenteraman negara," tambahnya. Sekretaris Jenderal Partai Kongres Nasional Rekonstruksi Timor Leste (CNRT) Dionisio Babo Soares menilai penembakan atas Presiden Timor Timur menunjukkan bahwa pasukan Perserikatan Bansga-Bangsa, Australia dan asing lain belum mampu memulihkan keamanan secara penuh. "Kami sangat menyesalkan kejadian itu, karena sekalipun dengan pasukan Perserikatan Bansga-Bangsa, Australia dan asing lain, kami belum mampu memulihkan keamanan secara penuh," kata Dionisio ketika dihubungi ANTARA hari Senin. Menurut dia, pihak keamanan seharusnya bertanggungjawab atas peristiwa itu. (*)
Copyright © ANTARA 2008