Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Selasa pagi, merosot mendekati batas psikologis Rp9.300 per dolar AS, karena pelaku pasar khawatir dengan laju inflasi Januari yang mencapai 1,77 persen. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencapai Rp9.268/9.273 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.241/9.277 per dolar AS atau melemah 27 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Selasa, mengatakan inflasi tinggi dan kondisi makro yang tidak menentu menimbulkan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi nasional. Akibatnya, investor asing yang semula ingin menginvestasikan dana di pasar domestik cenderung hati-hati, karena khawatir dana yang akan diinvestasikan tidak memberikan hasil bahkan sulit kembali, katanya. Rupiah, lanjut dia, kemungkinan akan terus tertekan hingga mendekati level Rp9.300 per dolar, karena pasar sepanjang minggu cenderung menekan. Walaupun nanti ada isu positif dari bank sentral AS yang akan kembali menurunkan suku bunganya, namun penurunan itu kemungkinan tidak akan banyak membantu pasar. Hal ini terlihat dari penurunan suku bunga Fed fund pada bulan lalu sebanyak dua kali, pertumbuhan ekonomi AS tetap melemah bahkan telah mengimbas kawasan Asia seperti China yang mulai khawatir atas kasus krisis gagal bayar kredit sektor perumahan AS (subprime mortgage), tuturnya. Menurut Edwin Sinaga yang juga Dirut PT Finance Corpindo, dengan tingginya inflasi maka Bank Indonesia (BI) kemungkinan akan menaikkan suku bunganya. Kenaikan suku bunga itu memang bertentangan dengan kecenderungan pasar bahwa suku bunga bank akan turun, ucapnya. Rupiah, lanjut dia, pada sore nanti cenderung terkoreksi karena negatif pasar masih tinggi, kecuali ada isu positif yang mendorong pasar menjadi positif. "Kami optimis rupiah masih tertekan yang terus mendekati level Rp9.300 per dolar AS," ucapnya. Sementara itu, perdagangan mata uang asing di pasar regional seperti euro turun terhadap dolar AS jadi 1,4502 dan terhadap yen melemah jadi 154,90 yen dan terhadap dolar AS 154,90 yen. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008