Brisbane (ANTARA News) - Ratusan tentara dan polisi Australia akan tiba di ibukota Timor Leste, Dili, pada Selasa, untuk membantu upaya pemulihan keamanan menyusul serangan gerilyawan yang melukai Presiden Jose Ramos Horta Senin dinihari kemarin.
Stasiun Televisi "Channel Seven" dalam program "Sunrise"-nya Selasa pagi menyebut tambahan personel keamanan Australia itu berjumlah 340 orang tentara dan polisi.
Namun ABC mengutip kesepakatan kabinet pemerintah federal menyebut jumlah yang berbeda.
Menurut ABC, sesuai dengan kesepakatan kabinet pemerintahan Perdana Menteri Kevin Rudd, tambahan personel keamanan Australia bagi Timor Leste itu terdiri atas 120 tentara dan 70 orang polisi.
Sementara itu, berbagai media elektronik Australia melaporkan soal kepastian rencana kunjungan PM Kevin Rudd ke Timor Leste pekan ini untuk bertemu PM Xanana Gusmao yang luput dalam serangan terpisah oleh kelompok gerilyawan yang sama hari Senin (11/2).
Kunjungan PM Rudd tersebut disebut media Australia sebagai simbol dukungan Canberra terhadap demokrasi di negara kecil yang terus-menerus didera pertikaian sejak berpisah dari Indonesia tahun 1999.
Stasiun TV "Channel Seven" menyebut pekan ini sebagai "pekan yang sibuk" bagi PM Rudd karena dimulainya masa sidang parlemen dan tekad pemerintahannya menyampaikan permintaan maaf atas kasus "generasi yang tercuri" (stolen generation) anak-anak kaum Aborigin oleh para kulit putih Australia di masa lalu.
Tekad PM Rudd menyampaikan permintaan maaf itu mendapat penentangan dari kubu oposisi.
Serius
Sementara itu, kondisi kesehatan Presiden Ramos Horta setelah dievakuasi dari Dili untuk menjalani perawatan atas tiga luka tembaknya di Rumah Sakit Royal Darwin (RDH), Northern Territory, Australia, dilaporkan "masih serius namun stabil".
Salah satu peluru masih bersarang di tubuhnya saat dia mulai dirawat di RSH, Senin malam.
Pejabat medis RDH, Len Notaras, seperti dikutip ABC mengatakan, dua luka tembak itu berada di bagian dada sedangkan satu lagi berada di bagian perut.
Notaras mengatakan, Presiden Horta akan sembuh setelah menjalani tiga operasi.
Dari Dili dilaporkan, PM Xanana Gumao telah mengumumkan berlakunya keadaan darurat di seluruh wilayah negara kecil tetangga Indonesia dan Australia itu selama sedikitnya 48 jam sejak Senin (11/2).
Selama berlakunya keadaan darurat itu, para warga dilarang keluar rumah mulai pukul 20.00 waktu Dili (pukul 18.00 WIB) dan melakukan pertemuan atau demonstrasi.
Dalam serangan di rumah Presiden Horta Senin dinihari itu, Alfredo Reinado, pemimpin kelompok gerilyawan yang tidak puas dengan pemerintahan Timor Leste, bersama seorang anak buahnya dilaporkan tewas.
Media Australia menyebut serangan tersebut sebagai upaya kudeta terhadap pemerintahan yang sah.
Pengamat masalah Timor Timur dari Universitas Deakin, Prof Damien Kingsbury, berpendapat serangan kelompok Alfredo Reinado itu dapat memicu terjadinya "protes, kerusuhan, dan destabilisasi" segera setelah informasinya diumumkan ke masyarakat Dili.
Pertikaian Berdarah dan Australia
Serangan Senin dinihari itu memperpanjang pertikaian berdarah antarfaksi di negara itu yang terjadi sejak dua tahun lalu.
Pertikaian berdarah itu setidaknya menewaskan 37 orang dan mengakibatkan 155 ribu warga meninggalkan rumah-rumah mereka. Pemerintah Timor Leste pun meminta bantuan tentara asing untuk memulihkan stabilitas.
Pada 14 Desember 2007, Perdana Menteri Australia, Kevin Rudd menyempatkan diri mengunjungi Dili. Dalam kunjungan resmi pertamanya selaku perdana menteri baru Australia itu, ia memastikan kesediaan Australia untuk terus mendukung keamanan Timor Leste.
Selama kunjungannya di Dili yang dilakukannya dalam perjalanan pulang ke negaranya setelah menghadiri Konferensi PBB tentang perubahan iklim di Denpasar, Bali, itu, PM Rudd sempat bertemu PM Xanana Gusmao dan Presiden Jose Ramos Horta.
Ketika itu, Pemerintah Timor Leste meminta komitmen Australia untuk mempertahankan pasukannya di negara itu hingga 2008.
Kendati tidak memberikan kerangka waktu, PM Rudd berjanji melanjutkan tawaran bantuan pemerintahnya kepada Timor Lester untuk memenuhi kebutuhan keamanan negara miskin itu.
Pada November 2007, seorang tentara Australia tewas dengan satu luka tembak di sebuah barak militer di kota Dili.
Permintaan Pemerintah Timor Leste kepada Australia untuk mempertahankan pasukannya di sana merupakan yang kedua kali setelah pada kunjungan (mantan) PM John Howard ke negara itu Juli lalu, Presiden Horta juga menyampaikan hal yang sama.
Presiden Horta saat itu meminta Australia untuk tetap mempertahankan pasukannya hingga akhir 2008.
Pasukan Australia telah berada di Timor Leste sejak Mei 2006 ketika terjadinya bentrokan berdarah di jalanan.
Atas permintaan Dili, ribuan anggota pasukan perdamaian internasional yang dipimpin kontingen Australia dikirim ke Timor Leste untuk membendung aksi kekerasan tersebut.
Australia menempatkan sedikitnya 900 personel. Negara yang memiliki potensi minyak dan gas itu menghadapi tantangan sosial dan ekonomi sangat berat. Ratusan ribu orang Timor Leste masih hidup dalam kemiskinan.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008