Manila (ANTARA) - Presiden Filipina Rodrigo Duterte telah mengancam para penentangnya dengan hukuman penjara jika mereka berusaha memakzulkan dia.

Ancaman Duterte itu adalah yang terbaru, dalam apa yang dikatakan pejabat senior dan kelompok anggota parlemen Asia pekan ini, sebagai pola hukuman dan serangan terhadap kebebasan berbicara.

Duterte mengumbar kemarahannya pada Kamis malam (27/6), di tengah pengawasan ketat media dan tuduhan bahwa ia memihak ke China sehubungan dengan penenggelaman perahu nelayan Filipina pada 9 Juni oleh kapal China, yang terjadi di dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Manila.

Pemimpin Filipina itu telah mengumandangkan pernyataan Beijing bahwa peristiwa itu adalah kecelakaan, bukan perbuatan sengaja menabrak, dan ia tak peduli mengenai kehadiran nelayan China di dalam ZEE Filipina, yang ia katakan akan dia biarkan demi persahabatan.

Sejumlah pengkritik terkemuka, termasuk hakim senior dan mantan menteri luar negeri, menyebut sikap Duterte sebagai merupakan pelanggaran terhadap undang-undang dasar dan bisa membuatnya layak dimakzulkan.

"Saya? Akan dimakzulkan? Saya akan penjarakan mereka semua," kata Duterte kepada wartawan. "Coba saja. Akan saya lakukan itu... ."

Satu laporan yang dikeluarkan pada Selasa (25/6) oleh Anggota Parlemen ASEAN Urusan Hak Asasi Manusia mengecam pemerintah Duterte, yang dianggap melancarkan ancaman, retorika agresif dan tuduhan pidana yang dibuat-buat terhadap para penentangnya sampai menjadi "upaya sengaja untuk membungkam pengkritik dan membuat lemah sistem pengawasan dan keseimbangan".

Komisaris Tinggi PBB Urusan Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet pada Senin (24/6) mengatakan bahwa orang-orang Filipina yang berbicara lantang sangat mungkin akan menghadapi risiko mengalami kekerasan. Ia melihat banyak ancaman dikeluarkan secara terang-terangan oleh kalangan pejabat negara.

Meskipun mandat dan popularitas Duterte telah naik setelah pemilihan umum paruh waktu baru-baru ini, peristiwa perahu nelayan Filipina tenggelam telah menempatkan sorotan di dalam negeri pada celah-celah kebijakan luar negerinya yang nonkonfrontatif dengan China sebagai imbalan bagi keuntungan ekonomi.

Sebagian kalangan pengulas mengatakan tawaran China bagi pinjaman-bunga-tinggi untuk prasarana dan janji penanaman modal besar telah memenangi hati Duterte. Tapi karena sebagian besar tawaran itu belum terwujud, dan China terus melakukan kegiatan terkait militer di pulau-pulau buatannya serta memperkuat milisi penangkapan ikan, Duterte menghadapi risiko tertipu.

Ketika ditanya pada Jumat mengenai ancaman untuk memenjarakan penentang, juru bicara presiden Salvador Panelo mengatakan Duterte cuma merasa kesal bahwa orang tak bisa melihat bahwa kepentingan negara berada di hatinya.

"Ia tak bisa mengerti mengapa orang menentang kebijakannya," kata Panelo kepada wartawan.

Sumber: Reuters

Baca juga: Duterte terima usul China untuk bersama selidiki tabrakan kapal-perahu
Baca juga: Wartawan Filipina yang berselisih dengan Duterte ditangkap karena fitnah
Baca juga: Presiden Filipina diadukan ke Mahkamah Pidana Internasional

Penerjemah: Chaidar Abdullah
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2019