"Namanya anak memasuki usia remaja ya, ketika menuruni anak tangga menuju ke bawah mereka berlomba-lomba untuk segera sampai ke bawah. Saya hanya takut anak perempuan itu jadi korban dorongan dari anak laki-laki, tenaga mereka yang lebih besar dari perempuan, " kata dia, di Jakarta Timur, Jumat.
Ia menjelaskan, di gedung sekolah SMPN 44 yang baru di Jalan Gading Raya II RT013/10 Kelurahan Pisangan Timur, Kecamatan Pulo Gadung, Jakarta Timur, dan bertingkat empat ini terdapat sekitar 600 murid yang terdiri dari kelas delapan dan sembilan, sementara di gedung sekolah lama di Jalan Gading Raya VII hanya 288 murid kelas tujuh.
Alasan lain, jika ada siswa berwudhu maka tidak batal akibat bersentuhan kulit. Ia menolak sekolahnya menerapkan sekolah syariah.
"Tidak benar jika menerapkan syariah. Mereka di kelas tetap berada di satu ruangan yang sama, bahkan jika memasuki waktu istirahat mereka makan dan bercana gurau di tempat yang sama," kata dia.
Menurut dia, selama ada pemisahan tangga laki-laki dan perempuan pada penggunaan gedung baru pada awal Februari 2017, tidak ada keluhan dari siswa dan orangtua murid.
Sementara menurut pantauan ANTARA, poster yang berada di foto bertuliskan tangga laki-laki dan tangga perempuan yang tadinya dipasang di gerbang depan tangga sudah dilepas, sesuai cuitan dari akun @BUKANdigembok yang mengucapkan: di NTB, Gunung Rinjani jadi gunung syariah. Pendaki laki-laki dan perempuan dipisah. Ada yang keren di Jakarta. SMPN 44 Jakarta SMPN syariah, tangga laki-laki dipisah sama tangga perempuan.
"Ya kami sudah lepas, takut makin disalahartikan pihak lain ataupun netizen," katanya.
Senada juga dengan yang diucapkan wali murid kelas sembilan SMPN 44 Jakarta, Dedeh (45), yang menyatakan, pemisahan tangga laki-laki dan perempuan bertujuan untuk keselamatan hingga lebih tertib, tidak serta merta untuk pembeda laki-laki dan perempuan.
Pewarta: Mochammad Risyal Hidayat
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2019