Kediri (ANTARA News) - Ancaman kebangkitan neo-komunis atau bahaya laten Partai Komunis Indonesia (PKI) saat ini tidak hanya sebatas retorika, kata Panglima Komando Daerah Militer (Kodam) V/Brawijaya, Jawa Timur, Mayjen TNI Bambang Suranto. "Buktinya, pada akhir 2007 kami telah dua kali membubarkan acara pertemuan eks-PKI," katanya di hadapan para tokoh agama dan tokoh masyarakat se-Kabupaten/Kota Kediri di Markas Komando Distrik Militer (Kodim) Kediri, Senin. Menurut dia, kegiatan pertemuan 15 orang mantan anggota PKI tersebut untuk menanamkan ajaran komunis dalam bentuk baru itu dibubarkan di Nganjuk. Aparat juga membubarkan pertemuan saat mantan anggota partai terlarang itu menggelar pertemuan di Tuban. "Jika dibiarkan, maka dikhawatirkan gerakan itu akan menjadi sangat besar dan mengancam kesatuan bangsa dan negara ini," kata jenderal berbintang dua itu. Selain di Jawa Timur, lanjut dia, gerakan komunis juga terdapat di sejumlah daerah lainnya di Indonesia, terutama di daerah-daerah miskin, seperti di kawasan selatan Pulau Jawa. Oleh sebab itu, dia mengingatkan seluruh elemen masyarakat untuk mewaspadai kelompok-kelompok yang melakukan aktivitas mencurigakan di tengah masyarakat. "Untuk mencegah berkembangnya kelompok ini, kami akan lebih giat lagi melakukan pertemuan dengan para ulama dan tokoh masyarakat di Jawa Timur," katanya. Namun, dia menolak anggapan, kegiatanya itu bertujuan untuk menggalang dukungan para ulama menjelang pelaksanaan Pemilihan Gubernur Jawa Timur pertengahan tahun ini. Namun demikian, Pengasuh Pondok Pesantren Assaidiyah, Jamsaren, Kota Kediri, KH Anwar Iskandar, mengaku belum yakin dengan munculnya gerakan komunis di tengah masyarakat. "Sebenarnya tidak hanya komunis yang harus diwaspadai, tapi semua pihak yang mengancam NKRI," kata pria yang akrab disapa Gus War itu menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008