Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah penonton yang menyaksikan pertunjukan Teater KOMA dengan lakon "Republik Petruk" di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (GBB-TIM), Jakarta, Jumat malam, menilai kali ini gaya berteater yang ditampilkan lebih nge-pop dan santai, tidak terlalu serius dan sarat sindiran seperti pementasan-pementasan sebelumnya "Saya melihat dibandingkan dengan karya-karya Nano Riantiarno sebelumnya, `Republik Petruk` lebih nge-pop ya, gaya anak muda sangat menonjol mulai dari tata busana, tata tari, sampai soal bahasa gaul yang dipakai," ujar Trisna Willy, seorang ibu yang menonton bersama dua anak dan suaminya. Trisna yang selalu aktif menonton pementasan Teater KOMA ini mengatakan cara sang sutradara dalam meramu cerita wayang menjadi lebih modern adalah langkah yang positif untuk mendekatkan kisah-kisah penuh teladan itu pada generasi muda. "Saya rasa Tetaer KOMA ingin menjangkau penonton lebih luas lagi dan ini gagasan yang baik," katanya. "Republik Petruk" dibintangi oleh Budi Ros, Ratna Riantiarno, Rita Matumona, Salim Bungsu, Cornelia Agatha, Dudung Hadi, Dorias Pribadi, Alex Fatahillah, Emanuel Handoyo, Supartono JW, Budi Suryadi, Sriyatun, dan Tuti Haryati. "Republik Petruk" ditulis naskahnya oleh Nano Riantiarno yang juga bertindak sebagai sutradara. Karya ini adalah produksi ke-116 dan merupakan lakon pamungkas dari Trilogi Republik. Dua judul sebelumnya adalah Republik Bagong (2001) dan Republik Togog (2004). Sebelumnya Nano mengungkapkan produksi Teater KOMA kali ini memang diharapkan dapat menarik minat generasi muda untuk menonton. "Dalam pementasan Anda akan melihat bagaimana sosok wayang ditafsir campuran antara wayang dan gaya harajuku. Kenapa memilih harajuku? karena kami ingin mendekatkan wayang pada generasi muda dan harajuku tidak jauh dengan wayang salah satunya dari sisi kekayaan warna," kata Nano. Beberapa langkah yang dilakukan pihaknya untuk menjangkau publik lebih luas lagi adalah melakukan modifikasi kostum dan bahasa tutur dalam cerita wayang Punakawan, serta memberi kesempatan pada para pelajar untuk mendapatkan tiket murah dengan menunjukkan kartu pelajarnya. Selain ingin menjangkau generasi muda, Nano menjelaskan bahwa ia ingin menitip pesan pada penonton untuk berhati-hati menjelang Pemilu 2009. Ia berharap penonton pulang dnegan kesadaran bahwa untuk memimpin negeri ini diperlukan orang-orang yang benar-benar memiliki kemampuan dan jiwa kepemimpinan, serta agar masyarakat bisa memilih pemimpin yang tepat bukan sosok yang berjiwa seperti Petruk.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009