Jakarta (ANTARA News) - Untuk pertama kalinya potensi cadangan minyak dan gas yang sangat besar ditemukan di cekungan busur muka (Fore Arc Basin), suatu kawasan muka pada lokasi penujaman lempeng Indo-Australia ke lempeng Eurasia. "Biasanya potensi migas Indonesia ditemukan di kawasan cekungan busur belakang (back arc basin -red), meliputi kawasan timur Sumatera atau utara Jawa, bukan kawasan penujaman lempeng di Palung Sumatera atau palung Jawa," kata Direktur Pusat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam BPPT Dr Yusuf Surachman kepada wartawan di Jakarta, Senin. Menurut Yusuf, batuan pembentuk hidrokarbon (migas) atau "source rock" yang berada di cekungan busur muka berada pada kondisi suhu yang dingin dan sulit tersingkap. "Sementara `source rock` yang selama puluhan juta tahun menyimpan hidrokarbon di cekungan busur belakang (back arc) berada pada suhu panas yang sangat tinggi, sehingga lebih mungkin ditemukan," katanya. Saat ini daerah cekungan busur muka di dunia yang telah terbukti mengandung migas hanya ada di Myanmar, Andaman dan di Kalifornia AS. Sementara itu, pakar perminyakan dari Exploration Think Tank Indonesia (ETTI) Dr Andang Bachtiar mengatakan, sebenarnya sudah 33 sumur yang pernah dibor berada pada cekungan busur muka sejak 1970 hingga saat ini dan terindikasi memiliki potensi migas. "Tetapi banyak cekungan busur muka tak ada apa-apanya, berbeda dengan yang ada di back arc seperti Natuna yang dimatangkan oleh panas," katanya. Menurut Yusuf, tantangan eksplorasi cadangan minyak di kawasan busur muka adalah gangguan tektoniknya, sehingga dibutuhkan konstruksi kilang migas yang mampu mengatasi potensi seismik yang ada. BPPT dan lembaga riset geologi dan kelautan (BGR) Jerman menemukan potensi minyak (hidrokarbon) dalam jumlah sangat besar yakni minimal 107,5 dan maksimal 320,79 miliar barel di perairan timur laut Pulau Simeulue, Provinsi Naggroe Aceh Darussalam (NAD). Menurut Andang, dari mulai ditemukan potensi hingga bisa memproduksi dibutuhkan waktu minimal tujuh tahun, sementara pengeboran migas membutuhkan dana 20-25 juta dollar AS per sumur. Saat ini produksi minyak Indonesia digenjot hingga satu juta Barel per hari sedangkan impor mencapai 400 ribu Barel per hari.(*)
Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008