Medan (ANTARA News) - Permintaan karet Indonesia SIR 20 di pasar internasional terus meningkat di tengah terjadinya pasokan yang ketat menyusul masuknya musim gugur daun (trek) mulai Februari yang diperkirakan berlangsung hingga Juni. "Harga karet dipastikan akan bertahan menguat. Kalaupun ada koreksi pasti sangat tipis dengan faktor yang tidak fundamental," kata Ketua Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Fauzi Hasballah, di Medan, Senin. Dia memberi contoh, awal pekan ini harga ekspor SIR 20 terkoreksi tipis dari awal pekan lalu atau menjadi 2,64 dolar AS/kg dari sebelumnya 2,66 dolar AS. "Tapi harga itu diperkirakan naik lagi," katanya. Harga karet terus bergerak naik sejak akhir tahun lalu. Dari pertengahan Desember 2007 yang sebesar 2,47 dolar AS/kg, terus naik menjadi 2,59 dolar AS pada akhir Januari 2008 dan sempat menembus 2,66 dolar AS awal pekan lalu. Permintaan yang tetap tinggi menyebabkan harga bahan olah karet (bokar) di dalam negeri terus bertahan menguat sekitar Rp21.600 hingga Rp21.900/kg. Bertahan menguatnya harga ekspor itu, kata Fauzi, karena selain di Indonesia, musim trek juga dialami negara produsen lainnya yakni Thailand dan Malaysia, sehingga pasokan yang ketat terjadi secara menyeluruh. Dia mengakui kenaikan harga bokar maupun harga karet ekspor tidak dinikmati sepenuhnya oleh petani dan eksportir karena keterbatasan bahan baku. Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Eddy Irwansyah menyebutkan, dari kapasitas pabrik crumb rubber di Sumut pertahunnya yang mencapai 765.432 ton dengan kebutuhan bokar yang seharusnya sebanyak 127.572 ton perbulan dengan asumsi karet kadar kering 50 persen, nyatanya produksi bokar Sumut hanya 29.715 ton sehingga ada kekurangan pasokan setiap tahun sekitar 76,7 persen atau 97.857 ton. Kekurangan bokar itu membuat pengusaha pabrikan tergantung terhadap pasokan dari Riau, Bengkulu dan Jambi. Akibat ketergantungan dengan pasokan bokar dari daerah lain, volume ekspor Sumut setiap tahunnya berlangsung tidak tetap. Tahun lalu volume ekspor karet Sumut mengalami penurunan hingga 1,23 persen akibat pasokan yang berkurang dari daerah pemasok Riau, Jambi dan Bengkulu. Tahun 2007 ekspor karet Sumut tinggal 506.036,05 ton dari realisasi 2006 yang mencapai 512.267,63 ton. Pedagang karet di Sumut, M. Harahap, mengatakan, khusus sejak Februari 2008 pedagang semakin berebut untuk mendatangkan getah karet dari petani. "Selain karena musim trek, pedagang mengkhawatirkan stok yang menipis setelah tahun lalu benar-benar terjadi pasokan yang ketat menyusul terjadinya dua kali musim trek," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008