Sebanyak 288 peserta sudah mendaftar melalui pranata daring, namun dalam pelaksanaan kejurnas kedua dari total lima seri itu akhirnya diikuti sebanyak 156 peserta baik dari dalam dan luar negeri.
"Yang sudah dipastikan ikut ada 156 orang, itu sebetulnya sudah melampaui target sebanyak 150 peserta. Untuk peserta asing ada tiga orang, mereka dari Korea Selatan," tutur Kepala Bidang Pengelolaan Olahraga Petualangan, Tantangan, dan Wisata Kemenpora Arief Nurbani Siswoyo di Wonosobo, Jumat.
Menurut Arief, desa yang terletak di ketinggian sekitar 1.260 mdpl itu memiliki potensi pariwisata olahraga yang besar, terutama jika dijadikan arena paralayang.
Keunikan dan keindahan Bukit Kekep di Desa Lengkong dinilai menjadi daya tarik yang patut diolah tidak hanya sebagai sarana pengembangan olahraga paralayang, namun juga pertumbuhan ekonomi lokal.
"Usaha kecil pasti bisa jalan saat wisatawan datang. Belum lagi kalau ada atlet asing yang terlibat (di TroI), mereka juga bisa mengenalkan lokasi ini ke komunitas internasional melalui media sosial. Jadi membuka sporttourism baru untuk daerah," pungkas Arief.
Kejuaraan yang terdiri dari lima seri ini diisi dengan enam kelas, yaitu putra senior, putri senior, putra junior, putri junior, tandem, dan kelas master yang khusus bagi pilot berusia lebih dari 50 tahun.
Untuk hadiah, masing-masing kelas senior akan mendapat Rp7 juta bagi juara pertama, juara kedua Rp5 juta, dan juara ketiga Rp3,5 juta.
Di kelas junior, hadiah bagi juara pertama sebesar Rp5 juta, juara kedua Rp3,5 juta, dan juara ketiga Rp2,5 juta.
Untuk juara pertama kelas tandem mendapat Rp5 juta, juara kedua Rp3,5 juta, juara ketiga Rp2,5 juta, sedangkan di kelas master juara pertama mendapat Rp3,5 juta, juara kedua Rp2,5 juta, dan juara ketiga Rp1,5 juta.
Baca juga: Batang sukses gelar kejuaraan paralayang dengan "zero accident"
Baca juga: 203 atlet paralayang siap meriahkan Paragliding TROI Batang
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2019