Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin sore merosot di atas level Rp9.250 per dolar AS, karena pelaku pasar makin aktif melepas rupiah di tengah tiadanya faktor baru yang memicu mata uang lokal itu.
Nilai tukar rupiah menurun 20 poin menjadi Rp9.255/9.260 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.235/9.251 per dolar AS.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Senin, mengatakan rupiah terpuruk terutama disebabkan investor asing cenderung hati-hati menempatkan dananya di pasar domestik akibat inflasi yang tinggi.
Laju inflasi Januari 2008 yang mencapai 1,77 persen.
Apalagi, lanjut, dia pemerintah telah mengubah target pertumbuhan ekonomi yang semula 6,8 persen turun hanya sekitar 6,2 persen dan laju inflasi sepanjang tahun ini yang cenderung meningkat.
"Pelaku asing khawatir dengan laju inflasi yang tinggi, maka ekonomi nasional sebenarnya tidak berjalan sesuai dengan target pemerintah," katanya.
Ia mengatakan kenaikan rupiah yang terjadi akhir-akhir ini terutama disebabkan oleh faktor eksternal dan bukan faktor fundamental ekonomi, meski ekonomi nasional tetap tumbuh.
Menurut dia, tekanan terhadap rupiah diperkirakan akan berlanjut, kecuali bank sentral AS (The Federal Reserve) menurunkan lagi suku bunganya yang saat ini mencapai tiga persen.
Sementara itu peluang untuk menguat tergantung dari aktifnya pelaku asing bermain di pasar domestik yang didukung oleh tingginya selisih tingkat suku bunga rupiah terhadap dolar AS.
Pelaku asing sat ini sedang memfokuskan terhadap tindakan yang akan dilakukan negara-negara industri maju (G7) setelah pertemuannya di Jepang akhir pekan lalu.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008