Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah Indonesia dan China dalam waktu dekat akan menandatangani perjanjian ekstradisi, sebagai bagian dari peningkatan hubungan bilateral kedua negara. "Perjanjian ekstradisi akan ditandatangani, tinggal menunggu waktu yang tepat bagi kedua Menlu untuk melakukan pertemuan. Mudah-mudahan tidak terlalu lama, kita harapkan sebelum pertengahan tahun," kata Duta Besar Indonesia untuk China, Sudrajat, usai menemui Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Kantor Presiden, Jakarta, Senin. Menurut Sudrajat, perjanjian ekstradisi antara Indonesia dan China juga akan memuat kesepakatan pengembalian aset yang dilarikan oleh koruptor Indonesia ke China. Selain melaporkan kesiapan penandatangangan perjanjian ekstradisi dengan China, Sudrajat juga melaporkan perkembangan hubungan perdagangan Indonesia-China yang pada 2007 mencapai 25,01 miliar dolar AS atau melampaui target kedua negara sebesar 20 miliar dolar AS pada 2008. "Untuk itu, Presiden tadi memperkirakan bahwa target perdagangan pada 2010 sebesar 30 miliar dolar AS bisa dicapai pada 2009, mengingat pertumbuhannya yang mencapai 31 persen," tuturnya. Sudrajat juga menyampaikan perkembangan di bidang pertahanan Indonesia dan China, terutama mengenai program kerjasama pendidikan dan latihan seperti pertukaran perwira, dan kerjasama di bidang produksi alat persenjataan. China, lanjut Sudrajat, juga menawarkan bantuan peningkatan kapasitas dalam penjagaan keamanan Selat Malaka. Dalam kesempatan itu Sudrajat juga menyampaikan undangan Pemerintah China kepada Presiden Yudhoyono untuk menghadiri pembukaan Olimpiade ke-29 di Beijing pada Agustus mendatang. Namun, menurut dia, karena kepadatan agenda Presiden pada Agustus 2009, Presiden sulit memenuhi undangan tersebut. "Yang jelas, Presiden pada 24 sampai 25 Oktober mendatang akan menghadiri ASEAN-Eropa Summit di Beijing, karena kepentingan Indonesia yang besar di pertemuan tersebut," demikian Sudrajat. (*)
Copyright © ANTARA 2008