Semarang (ANTARA News) - Tingkat hunian hotel berbintang di Jawa Tengah pada tahun 2007 cenderung stagnan, menyusul belum membaiknya kondisi perekonomian nasional, kata Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jateng, Heru Isnawan.
"Kondisi tersebut telah berlangsung sejak 2 tahun terakhir ini. Hal ini semata-mata faktor belum membaiknya perekonomian nasional, termasuk pembangunan infrastruktur," katanya, di Semarang, Minggu.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng menyebutkan pada bulan November 2007 tercatat tingkat penghunian kamar (TPK) 30,44 persen mengalami kenaikan 0,37 poin dibanding TPK bulan November 2006.
Sementara rata-rata lama menginap (RLM) tamu asing pada November 2007 tercatat 1,47 malam, turun 0,07 poin dibanding bulan sebelumnya. Penurunan lama menginap terjadi hampir di semua kelas bintang, kecuali bintang empat yang mengalami kenaikan 0,59 poin dari 1,27 malam pada bulan Oktober 2007 menjadi 1,86 malam pada bulan November 2007.
Sulitnya menaikkan tingkat hotel, katanya, bisa disebabkan banyak faktor, seperti penerbangan langsung ke luar negeri yang dari dahulu hanya Singapura sehingga Semarang tak termasuk destinasi bisnis antarnegara, katanya.
Selain itu, relatif mahalnya tarif hotel di Semarang juga dinilai menjadi salah satu pemicu karena dibanding Surabaya atau Yogyakarta, tarif di Semarang lebih mahal. "Kita prediksi tahun 2008 kenaikan tingkat hunian hanya sekitar 5 persen-7 persen," katanya.
Menyinggung masalah tarif hotel, salah seorang pengelola hotel di Semarang mengatakan, mahalnya tarif hotel di Semarang tidak terlepas dari terjadinya kenaikan harga-harga sehingga menyebabkan biaya yang dikeluarkan membengkak.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008