Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian memastikan akan terus memberikan dukungan kepada petani untuk meningkatkan produktivitas tanamannya antara lain dengan memberikan bantuan alat mesin pertanian atau alsintan.
"Pemerintah telah memberikan bantuan alsintan sekitar 720 ribu unit dengan berbagai jenis. Alsintan tersebut berupa rice transplanter, combine harvester, dryer, power thresher, corn sheller dan rice milling unit, traktor dan pompa air," kata Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian Sarwo Edhy dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.
Pada 2015 bantuan alsintan sebanyak 54.083 unit, tahun 2016 sebanyak naik menjadi 148.832 unit. Sedangkan pada tahun 2017 sebanyak 82.560 unit, dan pada tahun 2018 sebanyak 112.525 unit.
Tahun 2019, Kementan akan mengalokasikan alsintan sebanyak 50.000 unit. Alsintan tersebut berupa Traktor Roda dua (20 ribu unit), Traktor Roda empat (3 ribu unit), Pompa Air (20 ribu unit), Rice Transplanter (2 ribu unit), Cultivator (4.970 unit) dan Excavator (30 unit).
“Bantuan alsintan itu merupakan terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Kita ingin dengan alsintan mengubah mindset petani dari bertani secara tradisional ke modern. Kita juga ingin usaha tani menjadi lebih efisien,” katanya.
Sarwo mencontohkan, jika pengolahan lahan menggunakan tenaga manusia (cangkul), maka dalam 1 hektare sawah diperlukan 30-40 orang, lama pengerjaannya 240-400 jam per hektare, sedangkan biayanya mencapai Rp2 juta-2,5 juta per hektare.
Sementara dengan alsintan (traktor tangan), hanya diperlukan tenaga kerja dua orang, jumlah jam kerja hanya 16 jam per hektare dan biayanya Rp900.000-Rp1,2 juta per hektare.
Begitu juga saat panen. Jika menggunakan alsintan hanya perlu tiga jam sudah selesai, sedangkan kalau menggunakan tenaga manusia perlu waktu sayu minggu. Keuntungan lainnya adalah saat tanam bisa serentak, karena pengolahan lahan bisa cepat, sehingga petani bisa tanam tiga kali setahun.
Kalkulasi pemerintah dengan mekanisasi dapat menghemat biaya produksi hingga 30 persen dan menurunkan susut panen 10 persen. Mekanisasi juga menghemat biaya olah tanah, biaya tanam dan panen dari pola manual Rp7,3 juta per hektare menjadi Rp5,1 juta per hektare.
Untuk optimalisasi alsintan, pemerintah pusat, provinsi, kabupaten dan penyuluh terus memobilisasi penggunaan alsintan agar bisa digunakan secara optimal oleh petani.
Mobilisasi alsintan ke depan akan mendorong dan mendukung perubahan pola tanam dan produksi petani. Guna memudahkan pengelolaan alsintan oleh petani, Kementerian Pertanian melalui Ditjen PSP menggencarkan program pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi (PKBM).
Program PKBM ini meliputi pembuatan gudang alsintan, legalisasi struktur organisasi, pelatihan manajemen dan aplikasi Smart Mobile, dan penetapan petugas pendamping lapangan.
Kegiatan ini sudah ada percontohannya di lima lokasi. Yakni, Kabupaten Tuban (Jawa Timur), Sukoharjo (Jawa Tengah), Konawe Selatan (Sulawesi Tenggara), Barito Kuala (Kalimantan Selatan) dan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan).
Baca juga: Kementan fokus kembangkan mekanisasi pertanian hingga daerah terluar
Baca juga: Kementan: bantuan alsintan tingkatkan efisiensi hingga 48 persen
Baca juga: Mentan dorong Indonesia bisa ekspor Alsintan
Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Subagyo
Copyright © ANTARA 2019