Mataram (ANTARA) - Asosiasi Pariwisata Islam Indonesia (APII) menyarankan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat membangun kawasan proyek percontohan (pilot project) wisata halal agar bisa memastikan konsep dan desain wisata halal yang dimiliki secara riil.
"NTB sudah terlanjur tersohor dipromosikan sebagai destinasi wisata halal Indonesia. Tapi, faktanya, secara konkrit konsep wisata halal yang dikembangkan di NTB masih belum nyata bentuknya sampai sekarang," kata Ketua Assosiasi Pariwisata Islam Indonesia (APII), TGH Fauzan Zakaria di Mataram, Kamis.
Menurutnya, ketika pertanyaan seperti itu muncul di acara promosi pasar wisata halal, maka NTB harus bisa menjawab dengan tegas, di mana dan bagaimana konsep wisata halal itu bisa dinikmati. Karena itu, kata Faozan, sudah saatnya harus ada sebuah kawasan percontohan untuk wisata halal ini di NTB.
"Persoalannya (wisata halal), saat kita berpromosi khususnya di pasar wisata halal, selalu saja para pelaku wisata luar menanyakan mana wisata halal di NTB?. Wujudnya seperti apa?. Apa (Gili) Trawangan, Senggigi atau Mandalika?. Jadi yang mana, kan semua harus jelas," ucapnya.
APII merupakan organisasi pelaku wisata yang turut menggagas dan menginisiasi wisata halal di Lombok.
Dua penghargaan bergengsi sebagai The Best World Halal Destination dan The Best Halal Honeymoon Destination yang diraih Lombok pada 2015, menjadi moment puncak bagi NTB menempatkan diri sebagai destinasi wisata halal.
Fauzan, mengakui APII pernah mengusulkan kawasan percontohan wisata halal di Pantai Mawun, Lombok Barat. Yakni sebuah kawasan pantai eksotis yang masih belum begitu ramai, bisa dikembangkan menjadi destinasi wisata keluarga yang nyaman. Selain itu, pilihan lainnya adalah Gili Meno, Lombok Utara atau bisa juga di destinasi lainnya.
"APII sudah berkali-kali sampaikan harus ada contohnya. Tapi tetap ini kembali ke keinginan pemerintah. Gili Meno, saya dengar Bupati KLU sudah setuju, tapi bagaimana ke depan harus dibicarakan, ayo kita diskusikan," kata mantan Ketua Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) NTB itu.
Fauzan menambahkan, dari sisi promosi wisata halal, NTB sudah sangat berhasil membranding diri. Hanya saja, ini akan menjadi bumerang ketika apa yang dipromosikan ternyata tidak seindah yang dinikmati para wisatawan itu sendiri.
Selain contoh, Fauzan mengatakan, NTB juga perlu membenahi destinasi wisata baik sarana prasarana penunjangnya maupun kualitas sumber daya manusia (SDM).
"Saya seringkali berbicara ya, dari sisi promosi kita sudah bisa dikatakan tokcer, berhasil.Tapi ada yang masih kurang. Apa itu? Pembenahan destinasi. Kalau mau wisata halal ini cepat terwujud, harus segera ada pembenahan destinasi," ujarnya.
Ia memaparkan, konsep wisata halal di NTB tidak akan menghilangkan wisata konvensional, justru memperkuatnya. Sebab, dua konsep pariwisata ini memiliki pangsa pasar yang berbeda pula.
Ia mencontohkan di Mesir. Sektor Pariwisata menjadi sektor kedua pendukung ekonomi di sana selain sektor migas. Wisata yang dijual ialah wisata sejarah dan religi.
"Misalnya di Masjid Al-Azhar, itu ada SOP yang diberlakukan tentang busana pengunjung. Tapi wisatawan merasa enjoy dengan itu, mereka mau menggunakan baju gamis yang disediakan, malah bangga berselfie di masjid tertua," katanya.
Untuk itu, kata Faozan, NTB juga harus bisa seperti itu. Ada destinasi-destinasi tertentu di mana konsep wisata halal ini mulai diterapkan. Bukan hanya mengacu pada wisata moeslem frendly tetapi juga wisata yang mengangkat kearifan lokal setempat.
"Jadi di destinasi itu kita kasih panduan wisata, SOP ada. Dan wisatawan juga pasti senang karena ada pengalaman baru. Sehingga kita tidak hanya sekadar jual keindahan alam, tapi juga keunikan kultur budaya, ini juga bagian dari pariwisata," katanya.*
Baca juga: NTB-Uzbekistan kerja sama wisata halal
Baca juga: Warga Jakarta diajak kunjungi wisata halal NTB
Pewarta: Nur Imansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019